[Tiara Nadira]
Aku menahan malu saat Agung memanggil untuk maju ke depan lalu bernyanyi dan untunglah, aku bisa bernyanyi dengan baik tanpa gemetar karena aku tipikal orang yang panik duluan sebelum melakukan sesuatu secara mendadak. Setelah selesai bernyanyi, ku simpan mic di tempatnya lalu kabur dari panggung menghampiri Bella dan langsung menyambar jus apel disampingnya dengan sekali teguk. Ternyata selama ini aku salah berpendapat tentang Agung. Dia tipikal cowok baik eh sedikit baik banyaknya bikin darah mendidih dan ... aduh kumat lagi kan memuji-muji Agung. Jauh-jauh! pait-pait!
Begitu pesta musik selesai, Aku dan Bella menunggu jemputan pak Samsul yang ternyata ada sedikit masalah. Katanya mobilnya mogok ditengah jalan dan sialnya lagi, mobil Bella cuma dua jadi, kalau satu mogok satunya lagi dipakai orang tuanya, mau bagaimana sekarang?
Oh iya, pesan taksi online dan sayangnya lagi ponsel Bella mati mendadak sedangkan ponselku ketinggalan di rumah Bella. Ini beneran double sialnya, double pula pusingnya. Yang bisa kami lakukan hanya menunggu si depan gerbang Agung yang mulai sepi orang-orang karena pesta telah usai.
"Kalian berdua!" aku mendengar seseorang memanggil aku dan Bella namun karena suaranya terdengar familiar, kami membiarkan saja sampai mulutnya berbusa.
"Siapa yang ngomong, Ra?" kata Bella memegang tengkuknya melihat ke arahku.
"Mungkin arwah," aku menjawab dan yakin bahwa dibelakang Agung sedang menahan untuk tidak mengumpat. Kali-kali mengerjainya bolehkan?
Dan dia menawarkan kami untuk pulang, tentu saja hal itu membuat aku dan Bella tak percaya apalagi mana pernah aku melihat Agung membawa motor ke sekolah, apa iya mau di bonceng tiga. Bella tak setuju begitu juga denganku lalu kami ditarik entah kemana dan ternyata ke garansi eh garasi. Disana ada sebuah mobil terparkir dan tanpa pikir panjang aku dan Bella hendak membuka pintu namun urung karena panggilan Agung.
Dia kembali menarik kami berdua ke ruang tamu dan meminta penjelasan sekarang juga tentang bagaimana bisa keluar dari pasar malam terkutuk. Aku menghela napas dan Bella memberikan penawaran namun Agung enggan katanya kami berdua akan melakukan suatu kelicikan jika ditunda besok-besok. Hingga penjelasan itu tak juga keluar karena sebuah perdebatan soal Agung yang cemburu padaku soal Niko.
Sejak kapan aku bercerita aku suka sama Niko. Agung memang mengada-ada dan mulutnya minta di lem super anti bocor.
"Eh gue duluan ya yang lo anterin!" kata Bella di belakang dan aku di samping Agung karena paksaan dari Bella tentunya.
"Siap bu wangi, jangan lupa bintangnya," jawab Agung.
"Oke, gue kasih bintang dua deh soalnya gak ada cemilan," ujar Bella bersidekap. Setelah mengantar Bella duluan kini hanya ada aku dan Agung di mobil. Ingin bicara eh ternyata dia bicara duluan.
"Lo masih gak mau cerita, Ra?" tanyanya tapi matanya fokus ke jalanan.
Tunggu! sejak kapan Agung dengan benar memanggil namaku? tapi aku tersenyum tipis mungkin ia sudah sadar.
"Penting memangnya?" jawabku.
Dia menoleh sekilas. "Iya gue pengen tau, Ra. Apa lo tega, saat gue gak bisa tau apa-apa?" ucapnya menghela napas berat.