[Tiara Nadira]
Aku menolak keras saat Agung akan mengantar pulang namun tidak bisa karena sudah sore ditambah kendaraan tak kunjung lewat. Sepanjang perjalanan dia terus berbicara tanpa henti bak wartawan namun aku biarkan soalnya mana bisa mendengar dengan jelas apa yang Agung ucapkan kalau keadaan di atas motor yang sedang melaju.
"Turun lo!" ucapnya masih melajukan motornya.
"Iya gue mau turun kok tenang aja, tapi berhenti dulu." Aku menyahut dan terkejut sedangkan motor masih melaju masa aku harus lompat.
Agung memang masuk nominasi daftar cowok tidak berperikemanusiaan harusnya dia sabar sedikit lagipula motornya tinggi, susah untuk turun. Yang ada kalau aku buru-buru dijamin terjungkal sangat tidak estetik dan Agung pasti mentertawakan saat melihatnya alih-alih menolong. Dia kan cowok super nyebelin giliran ke Bella baiknya macam malaikat. Aku mengucapkan terimakasih lalu pergi begitu saja.
Ternyata pintu masih dikunci pertanda ibu dan Ayah belum pulang atau malas pulang melihat anaknya yang numpang hidup? semoga pikiran aneh ku tak jadi kenyataan.
***
Selesai bersih-bersih badan aku menghangatkan makanan yang sudah tersedia kemudian kembali ke kamar untuk menyiapkan buku-buku untuk besok supaya paginya tinggal cek saja tak perlu pusing mencari-cari.
Aku tidak tahu harus melakukan apa dimalam ini sebab teman pun tak ada. Ibu dan Ayah pulangnya masih lama, aduh aku bingung tetapi daripada bingung menghantui aku lebih baik mengerjakan pr atau latihan soal saja. Siapa tau nanti terpilih jadi perwakilan sekolah untuk mengikuti olimpiade, lumayanlah ada prestasi yang bisa aku kenang dan banggakan di depan kedua orang tua atau bilamana ada yang ingin tahu prestasi selama di sekolah aku tidak bingung menjawab.
Iya, aku akan belajar saja lagipula hapeku harus diganti lagi karena ada sedikit kerusakan pada baterainya. Aku tahu ini salahku, salah karena selalu memainkan ponsel waktu dicas harusnya biarkan hingga penuh tetapi aku kan tipe orang yang nggak mau menunggu apalagi hape jadi aku mainkan deh. Akhirnya baterai ponsel ku menipis secara drastis pokoknya tak sampai sepuluh menit sudah mati. Sedih sih tapi mau bagiamana, minta Ayah beli baru aku tidak enak mengatakannya soalnya sudah sepuluh ponsel rusak karena kecerobohan ku. Kira-kira dalam satu tahun aku merusak satu hape. Maaf ayah sebenarnya aku nggak bermaksud begitu aku... aku hanya bisa menyesal dan berkata dalam hati.
Oke, aku kuat mungkin suatu hari ada sebuah keajaiban aku bisa mendapatkan apa yang aku mau tanpa merepotkan orang lain dan pastinya hasil dari kerja kerasku.
Ponsel itu ku pandangi lalu disimpan lagi ke dalam laci.
Sekitar satu jam berlalu mata ku sudah tak sanggup melanjutkan belajar dan akhirnya aku ketiduran menyelam ke alam mimpi.
Aku tersandung sebuah kaki ternyata milik Agung.
Apa? Agung?
Anak itu kenapa muncul di mimpi di dunia nyata saja sudah menyebalkan, sekarang muncul di mimpi makin menjadi aksi menyebalkannya. Dia ada dendam apa sih sama aku?
Serius, aku nanya tapi ke siapa? oh iya, Agung.
"Agung–" baru saja aku mau bertanya eh Agung sudah menghilang, aku perhatikan sekitar tetap dia tidak ada dimana-mana. Masa mimpi bisa mengandung bagian imajinasi yang tak pernah dipikirkan? aneh.