Lima hari ke depan Tiara tidak dapat bertemu si ratu horor karena ada kepentingan keluarga ke Medan. Bella sempat menolak tetapi ibu dan Ayahnya sangat memaksanya sehingga Bella harus menuruti. Tiara merasa kesepian soalnya dikelas hanya Bella satu-satunya sahabat plus teman ngobrol dikala jam kosong namun sekarang harus terpisah selama lima hari.
Tiara harus kuat karena masih banyak teman-temannya di kelas cuma masalahnya satu, dia tidak begitu dekat sekadar tahu dan kenal saja. Agung muncul bukan berarti datang ke bangku Tiara, dia sudah diserbu teman-temannya agar bercerita horor. Tiara perhatikan wajah Agung kayak banyak pikiran entah sebab gantungan gitar atau hal lainnya, Tiara tak dapat memastikan kalau belum nanya ke orangnya langsung.
"Gung cerita hantu apa lagi hari ini gue mau tulis lumayan buat konten tulisan gue yang nganggur beberapa abad," celetuk Niko bersiap sambil membawa buku catatan.
"Gue mau cerita hantu tanpa kepala di gedung tua," balas Agung.
"Gedung tua kan banyak di daerah mana tempatnya?" tanya Niko diangguki semua.
"Gue kurang tahu tapi gue jamin kalian bakal takut kalau lihat gedung tua." Agung yakin kalau ceritanya bakal membuat semua murid 11-B ketakutan.
Agung mulai menceritakan tentang hantu tanpa kepala dengan rinci, seru juga terpercaya. Tiara tentu saja agak mengeraskan volume ponselnya agar lagu disana menutupi suara Agung bercerita oleh sumpalan headset. Dia sedikit takut apalagi hantunya disebut tanpa kepala, kan semakin tidak enak di dengar oleh kedua telinganya yang sensitif.
Tiara hampir berteriak saat bahunya ditepuk ternyata Agung pelakunya. Ia duduk disebelah Tiara tanpa meminta izin lalu menghela napas berat. Tiara melepaskan headset yang meyumpal kemudian menoleh pada Agung.
"Ra, gue nggak bisa ingat dimana gantungan gitar itu jatuh, padahal lo percaya banget sama gue bahwa gue bakal jaga baik-baik gantungan gitar itu dengan sepenuh jiwa raga tapi–" ucap Agung menyesal tak mampu melanjutkan kata.
Bukan waktunya marah-marah itu yang Tiara tangkap dengan raut wajah bersalah dari Agung lagipula Tiara juga tak mungkin menuduh Agung, kan sudah jatuh tertimpa tangga masa ditambah lagi tertimpa amarah darinya.
"Nanti cari di lapangan sekalian olahraga tapi lo harus ngomong ke pak Nugraha." Tiara memberi saran.
Agung mengangguk setuju dan bangkit menuju bangku asalnya.
Gantungan gitar memang terlihat gantungan biasa bagi semua orang kecuali bagi Tiara, Agung serta Bella gantungan itu memiliki banyak makna. Gantungan yang menyelamatkan dari bahaya di pasar malam terkutuk seketika hilang entah kemana membuat panik ketiganya apalagi Agung sebagai pemegang. Ia paling merasa bertanggung jawab atas hilangnya gantungan gitar tetapi sayangnya tak bisa berbuat apa-apa selain mencari ke tempat-tempat yang ada kemungkinan besar jatuhnya bukan tepatnya.
Setelah berganti pakaian menjadi baju olahraga semua murid ikut pak Nugraha ke lapangan sekolah bukan lapangan besar yang Tiara rencanakan. Tadinya Agung senang bisa sekalian mencari keberadaan gantungan gitar tapi tujuan lapangan berbeda membuatnya murung berarti ia gagal membujuk pak Nugraha sebelum datang soalnya pak Nugraha hanya mengangguk sambil mengangkat telepon.
Selesai lari jarak pendek mengakibatkan napas berantakan, Tiara duduk di sisi lapangan memperhatikan murid selanjutnya yang berlari. Kali ini Agung juga tidak terlalu menyebalkan dimatanya malah lebih ke kalem namun Tiara merasa itu bukan Agung.