"Niko ngapain lo ada disini?" Agung bertanya dengan raut curiga memerhatikan gerak-gerik Niko.
Niko gelagapan menampilkan senyuman kaku. Perasannya mulai tidak enak melihat Agung dan Tiara menghampirinya persis orang terciduk melakukan kejahatan.
"Gue... gue mau bantuin lo," jawabnya gugup.
Agung dan Tiara terkejut dengan pengakuan Niko sungguh diluar dugaan tetapi tak mau salah paham semakin menjalar Agung pun bertanya lagi.
"Bantu gue?" tanya Agung memastikan.
"Iya, gue denger lo kehilangan gantungan gitar, ya... gue berinisiatif nyari. Sorry gue lancang denger percakapan kalian di kelas tadi," sesal Niko tak enak.
Agung menggeleng kecil. "Nggak juga, kalau mau bantu, gue sama sekali gak keberatan lo ada disini."
Niko tersenyum lega ternyata Agung tidak memarahinya atau menuduh dirinya yang tidak-tidak. Sangat bersyukur Niko atas hal ini.
Tiara tak bersuara sedari tadi sibuk mencari kesana-kemari siapa tahu Agung menjatuhkannya jauh dari tempat asal karena kelamaan menunduk Tiara tak sengaja menabrak punggung seseorang. Tiara mengaduh sambil memegangi keningnya lalu seseorang itu menggeleng kecil membalikkan badan menatap Tiara yang mengusap-usap keningnya.
"Lo gak lihat gue dari tadi berdiri di bagian sini?" tanya Agung sambil bersidekap.
"Mana gue lihat, lo kali yang ikutin gue, sana pindah!" usirnya.
Agung mendengkus, mengalah saja. "Iya-iya gue yang salah." Agung berlalu mencari di tempat lain.
Tiara meringis antara malu dan sakit bercampur menjadi satu. Untung Agung tak membahas sampai kemana-mana sehingga menimbulkan keributan yang dapat memperkeruh keadaan.
Hampir dua jam mencari jatuhnya gantungan gitar namun tidak juga menemukan titik terang. Agung heran dibuatnya, kalau gantungan itu tidak jatuh di lapangan di rumahnya bahkan di sekolah lalu, dimana gantungan itu jatuh?
Agung bingung serta makin merasa bersalah. Dia tak becus menjaga benda berharga bagaimana menjaga hal lain kalau begini ceritanya?
Niko menepuk bahu Agung, "jangan bengong bro! gue tau, lo ngerasa gagal jaga tuh gantungan."
Agung menjauh agar tangan Niko dipundaknya terlepas. "Siapa juga yang merasa gagal gue cuma nggak enak hati aja, jangan sok tahu!"
Niko mengangguk kecil lalu duduk memandangi sekitar. Lapangan hijau terbentang luas, rumput-rumput yang tumbuh menutup tanah benar-benar terasa begitu—entahlah, Niko tidak bisa mendeskripsikan perasaannya sekarang.
Tiara bergabung duduk sambil menyodorkan sebuah bagian dari gantungan tetapi gitarnya tidak ada. Agung merebutnya meneliti lebih lanjut dan setelah dicocokkan dengan tas ternyata benar bagian itu salah satu bagian dari gantungan yang hilang.
"Dimana?" tanya Agung sedikit tak sabar.
"Maksudnya?" heran Tiara tidak paham.
"Lo nemuin ini dimana, Ra?" Agung menambahkan.
"Di sana." Tiara menunjuk tempat dimana ia menemukan bagian gantungan itu.
Agung bangkit segera mencari tempat yang persis Tiara tunjukkan, Niko juga ikut sedangkan Tiara menghela napas memilih duduk. Agung menajamkan matanya mengedar ke seluruh penjuru sampai ia cakar-cakar bagian-bagian dari rumput berharap bagian gitar itu tak jauh dari bagian yang ditemukan namun nihil tidak ada apa-apa lagi selain bakteri, kuman, atau rumput yang sudah layu.