Tak bisa dibayangkan namun memang bukan bayangan lagi karena sudah menjadi sebuah kenyataan. Agung, Tiara serta Niko harus terkurung di area pasar malam terkutuk untuk kedua kalinya kecuali Niko, ini pertama kalinya dia berada disini. Agung Guintara sang pendongeng horor tidak juga ditemukan. Tadi Niko yang menghilang sekarang Agung, apa nanti jika Agung sudah ditemukan selanjutnya Tiara?
"Ti lo nggak capek jalan terus?" tanya Niko sudah benar-benar lelah berjalan juga haus.
"Capek lah," sahut Tiara.
"Istirahat dulu kalau gitu, gue haus nih jalan terus, udah kayak lari maraton jarak pendek rutenya."
"Emang mau minum apa?" Tiara memelankan langkah.
"Kan di stand banyak makanan," kata Niko mengingatkan.
"Itu makanan ya Niko bukan minuman."
"Beda tipis lah kesana yuk!" ajak Niko.
Tiara menggeleng. "Nggak, emang lo nggak takut?"
"Takut apa? itu makanan bukan makian," heran Niko geleng-geleng kepala.
"Niko ini pasar malam!"
"Iya gue tau pasar malam, siapa bilang pasar siang walaupun cuacanya siang sih," ujar Niko mengamati langit.
Tiara tidak tahu harus menjelaskan mulai darimana kepada Niko tetapi kalau tidak disampaikan bisa-bisa Niko makin tersesat dan akhirnya tidak bisa diselamatkan. Tiara tentu tak mau hal itu terjadi bagaimana pun Niko temannya bukan musuhnya.
Tiara memastikan keadaan kemudian mulai menceritakan sedikit seluk beluk tentang pasar malam ini dan Niko sampai merinding mendengar penjelasannya.
"Jadi ini pasar malam terkutuk?" Niko terkejut dengan penjelasan Tiara.
Tiara mengangguk.
"Kalau begini ceritanya ngapain cari tuh gantungan gitar. Lo tahu nggak bisa aja dengan hilangnya gantungan itu berarti kalian bebas," ucap Niko memberi kesimpulan.
"Bebas dari segi mananya? Gue Agung dan lo notebene orang baru, bisa kan lihat pasar ini tanpa bantuan apa-apa?"
Niko meringis dengan jawaban Tiara tetapi ada baiknya melupakan daripada kembali terjebak, kan istilahnya jatuh ke lubang yang sama. Ia baru ingat dengan makanan stand dan semoga memang tidak menimbulkan efek samping apapun karena bisa-bisanya Niko makam sembarangan apalagi Agung yang juga sepertinya tidak tahu apa-apa.
"Lo ke sini lewat mana waktu itu?" tanya Niko ingin tahu.
"Ada tempat beli karcisnya,"
"Dimana kira-kira? kan gue gak tahu."
Tiara mengingat sejenak setelah yakin ia berjalan terlebih dahulu dibuntuti Niko. Melewati arena bianglala Tiara agak bergidik takut sedangkan Niko berbinar ingin naik walaupun sebentar tetapi harus ditahan kalau-kalau bianglala itu menyimpan jebakan cukup jitu hingga Niko celaka tanpa ada yang menyadari.
Tiara menghentikan langkahnya setelah menjumpai bangunan kecil persis dahulu ia dan Bella kebingungan lalu bocah laki-laki menghampirinya memberikan cara supaya bisa memesan tiket masuk.
"Disini tempatnya," kata Tiara yakin.
"Kok nggak ada yang jaga?"
"Ya mana gue tahu, sana lo periksa sendiri!" perintah Tiara.
"Kok gue? dimana-mana yang nunjukin yang periksa, eits... tapi berhubung gue lelaki sejati ya gue bakal periksa awas aja lo ngerjain gue!" ujar Niko berani dan mulai memeriksa bangunan kecil itu, yang ia lakukan pertama adalah membuka pintu cukup usang dan berkarat. Sedikit keraguan nampaknya untuk masuk ke dalam kalau Tiara tak menatapnya penuh harapan.
Pintu terbuka keadaan di dalam kosong, minim penerangan dan penuh uang receh bertebaran. Niko jadi bertanya-tanya, apakah ini tempat harta recehan yang ditinggalkan pada jaman dahulu kala?