Berjalan kaki di siang hari di dampingi terik matahari membakar kulit, mana orang-orang disekitar tidak peduli bahkan beberapa diantaranya menabrak tanpa mengucapkan sepatah kata. Ini aneh, tetapi Agung dan Niko menganggapnya biasa saja.
"Gung, emang gak papa?" tanya Niko merasa tak enak.
"Gak papa apanya sih gue nggak ngerti omongan lo?" jawab Agung kesal.
"Tadi kita ke rumahnya si Tiara terus kita pulang gitu aja, apa dia nggak bakal bingung nyari kita?"
"Nggak mungkin dia malah seneng kita pulang, sana lo pulang jangan ikutin gue!" usir Agung mendorong Niko agar segera pergi dari hadapannya.
Niko mendengkus, ia juga tidak tahu menahu keputusan pulang tanpa pamit ini baik atau buruk karena sepanjang jalan orang-orang mirip di area pasar malam semakin banyak terlihat. Tidak ada yang normal kecuali Agung dan dirinya.
"Gung kita balik ke Tiara aja," usul Niko menghentikan langkah.
"Lo kenapa sih? gue mau pulang," ujar Agung malah mempercepat langkah ingin segera pulang.
"Gung kayaknya tempat ini udah gak beres, kita mesti tanya ke Tiara daripada akhir kita kayak mereka!" Niko berteriak untung orang-orang disekitar cuek-cuek saja.
Agung berhenti lalu menghampiri Niko. "Mereka emang kenapa?"
"Lo nggak lihat tatapan mereka kosong, wajahnya pucat terus nabrak lo dan gue beberapa kali padahal jalan masih lega," jelas Niko curiga.
Agung terdiam sejenak memperhatikan orang-orang disekitar dan memang benar apa yang Niko katakan tetapi bagaimana ceritanya bisa menyebar secepat ini. Bukannya hanya di area pasar malam saja orang-orang bertingkah seaneh ini?
"Balik yuk!" ajak Niko sudah tak nyaman.
"Balik kemana?"
"Ke rumah Tiara lah dia orang paling normal yang pernah gue lihat."
"Gue juga normal," sanggah Agung.
"Ya maksud gue bukan gitu, ayo lah nanti lo ikut-ikutan kayak mereka malah susah di gue nanti."
Agung dan Niko kembali ke arah rumah Tiara. Keadaan di sekeliling sudah parah dan Agung maupun Niko tidak tahu harus berbuat apa.
"Tiara!"
"Tiara!" panggil Niko agak kencang.
Tiara muncul dari halaman belakang. "Kalian balik lagi?"
"Iya orang-orang pada aneh gue–lo tau lah," kata Niko cengengesan.
"Makannya jangan kabur," balas Tiara duduk di kursi.
"Eh lo bisa kan buat semua ini balik ke mode normal?" tanya Agung ikut duduk.
"Harus bisa Ti, gue percaya lo!" sambung Niko memberi semangat.
"Gung, Niko gue bukan orang pinter yang bisa menyelesaikan kejadian..."