Bella dihadang enam perempuan berseragam SMA berwajah pucat bonus tatapan kosong. Mereka menatap Bella seolah penjahat yang tentunya dibalas Bella dengan sikap sombongnya daripada ketakutan yang berarti.
"Kalian mau apa sih gue mau lewat juga?" ujar Bella sewot menatap satu persatu siswi berseragam SMA di hadapannya.
"Kamu harus pergi atau kamu celaka ditangan kami!" ucapnya memperingatkan dan nadanya syarat ancaman.
Bella terkekeh kecil, tidak boleh terpancing disaat situasi begini. Fokusnya adalah menyelamatkan Tiara dan kawan-kawan tanpa terkecuali.
"Kalian pergi atau gue yang pergi?" sambung Bella tidak ada takut-takutnya sambil berkacak pinggang.
"Kamu yang harus pergi dan jangan melewati jalan ini!" tekan salah satu siswi marah bahkan sampai melotot tajam ke arah Bella yang sendirian.
Bella menghela napas memperhatikan siswi-siswi di hadapannya seolah menghalangi untuk menolong Tiara. Ia yakin kejadian ini sudah direncanakan sehingga kalau Bella mundur dan membiarkannya maka kemungkinan hal buruk akan terus berjalan tanpa gangguan.
"Kalian di suruh siapa bilang ke gue?"
"Kamu tidak takut pada kami?" tanya salah satu siswi itu maju selangkah.
Bella terkekeh. "Ya nggak lah, kenapa harus takut?"
Dalam hati memang berbeda justru kebalikannya Bella sangat ketakutan. Coba bayangkan Bella sendiri di hadang 6 siswi tak dikenal, yang sudah pasti kalah jumlah jika seandainya dikeroyok.
"Kalian mau apa coba bilang ke gue? siapa tahu gue bisa bantu kalian." Bella mencoba bernegosiasi.
"Tidak perlu!"
Bella meneguk ludahnya sendiri setelah kemunculan nenek berambut ular berjalan mendekat, 6 siswi tadi mundur lalu kembali seperti semula–tak peduli sekitar mengakibatkan Bella agak gemetar di tempatnya.
"Nenek mau kemana?" tanya Bella basa-basi berusaha berani menatap si nenek.