Pasar Malam Terkutuk

Yaraa
Chapter #48

48. Antara

Agung maupun Tiara tersenyum kaku saat mendapati Arga yang kebingungan menatap kearah keduanya. Sebenarnya situasi sangat biasa saja namun sedikit aneh dengan kemunculan Arga tiba-tiba, yang tadinya pergi entah kemana tanpa bilang-bilang eh sekarang malah datang dengan mengejutkan.

"Kakak sudah menemukan nada itu?" tanya Arga menatap Agung.

Agung melirik Tiara meminta bantuan atas pertanyaan Arga tetapi Tiara masih diam saja bahkan sudah macam roh patung yang dikutuk jadi batu.

"Iya, ayo gue udah bisa main nada gitar itu!" jawab Agung canggung lalu berjalan diikuti Arga yang tersenyum.

Tiara menoleh kaget pada Agung antara heran, bingung dan takjub bahkan Tiara saja dari tadi di dekatnya tidak diberi tahu apa-apa namun mengaku pada Arga sungguh sebuah kejutan tak terduga.

Tiara berdeham tapi Agung memilih meninggalkan dan berjalan tak acuh bersama Arga sementara perasaan Agung sebenernya mulai tidak enak. Berbohong adalah kegiatan yang sangat berdosa dilakukan dan masalahnya Agung telah menjalankan, ia tahu perbuatannya tidak untuk dicontoh siapapun. Nantinya bukan mendapatkan sebuah kebahagiaan melainkan kesialan.

Berdiri tegap lalu mengirup udara beberapa kali dilakukan Agung penuh tekad. Siapa sangka Arga percaya begitu saja padahal hanya karangan yang melintas sekelebat. Agung bingung, mau jujur takut membuat kecewa tetapi kalau berbohong setidaknya kecewanya agak berkurang namun dosa yang Agung pikul semakin bertambah.

Satu petik hingga jadilah iringan nada, Agung agaknya tidak menyadari apa yang telah dimainkan oleh jari-jarinya. Ia hanya memetik gitar sesuai apa yang hatinya inginkan, ucapan Arga maupun Tiara tidak diterapkan maupun menjadi patokan. Bermain gitar terus menerus sampai akhirnya semua orang benar-benar bangun. Ada yang kebingungan, ada yang histeris ada juga yang memilih pingsan lagi, pokoknya ekspresi setiap orang berbeda namun intinya sama yaitu terkejut dengan keadaan sekitar. Terkejut karena bangun ditempat asing sampai beramai-ramai layaknya melaksanakan antrian sembako gratis.

"Tiara!" tangis Bella haru langsung memeluk Tiara untungnya Niko tidak jadi ikut-ikutan memeluk karena mendapatkan pelototan tajam dari Agung.

Sebagai gantinya Niko hanya garuk-garuk kepala menyaksikan saja.

"Arga setelah ini kita harus apa?" tanya Tiara setelah melepaskan pelukan dengan Bella.

"Iya bagaimana cara memulangkan semua orang?" tambah Agung penasaran.

Arga menunjukkan cermin ditangannya. "Cermin ku tidak akan kuat mengembalikan semua orang tapi gitar itu bisa menjadi jalan."

Agung mendengkus, lagi-lagi berhubungan dengan gitar. Coba Arga dari awal tidak perlu memberikan informasi nada gitar yang tidak pernah di dengar oleh siapapun dan akhirnya hanya memerlukan petikan gitar sederhana dengan dimainkan sepenuh hati. Agung ingin marah kemudian teriak di depan semuanya tapi masih memiliki urat malu sehingga hal itu hanya terjadi di dalam pikirannya sendiri bukan mengeluarkan aksi.

"Arga jangan bahas gitar ini terus, cara lain apa saja yang penting bukan ke gitar ini!" tekan Agung kesal.

"Agung lo jangan marah-marah sama Arga nanti dia berubah wujud!" peringat Niko berbisik.

"Serius lo, nik?" raut wajah Agung berubah panik.

"Serius lah mana ada gue mengada-ada kan gue..."

Agung mendengkus. "Iya, gak usah disebut gue udah tahu, yang masih human cuma gue seorang."

Lihat selengkapnya