"Kamu... jangan ikut campur urusan ku!" teriak si nenek, matanya menyiratkan sorot kemarahan.
"Saya sama sekali tidak takut ancaman yang kamu katakan, lagipula saya roh dan saya tidak akan merasakan rasa sakit!" ujar Tiara lantang meskipun tahu si nenek dapat mencelakakan dirinya dengan caranya yang tidak pernah terpikirkan.
Si wanita kembali tertawa kencang, wajahnya yang cantik kembali rusak diikuti perubahan tubuhnya yang berwujud badan ular namun tidak lama kembali ke wujud nenek-nenek.
"Ke-kenapa dengan wajah ku dan tubuhku?" si nenek kaget pada perubahan tubuhnya.
Ternyata dibelakang si nenek sudah ada Agung sedang menyiramkan air pada gitar sampai akhirnya si nenek kembali ke wujud semula.
Bella, Niko dan Tiara tersenyum senang begitu pun yang lainnya. Wajah-wajah murung khas roh tidak nampak lagi melainkan terpancar aura kebahagiaan disana. Agung balas tersenyum kemudian gitar dibawahnya perlahan mengecil lalu ia ambil untuk disimpan.
"Gue kira lo gak bakal balik ke sini," ucap Tiara tersenyum tipis.
"Iya gue udah dendam banget sama lo!" timpal Bella.
"Apalagi gue–"
"Udah kan marahnya? sekarang gue ada sama kalian dan gue bakal buat kalian bebas!" potong Agung tidak mau mendengar ucapan apapun lagi dari mulut ketiga temannya.
Agung melemparkan cermin ke atas bersamaan dengan kehadiran cahaya biru sangat menyilaukan mata hingga semua terjadi begitu cepat semua orang tersedot ke dalam cahaya itu dan roh-roh pun memasuki raga masing-masing.
"Gue hidup!" seru Bella loncat-loncat sambil memeluk Tiara.
"Akhirnya gue balik ke bumi!" ungkap Niko bersyukur mengusap wajahnya penuh haru.
Tiara tersenyum tipis, mengacungkan jempol pada Agung atas kerja kerasnya. Agung juga balas tersenyum dan minum air di genggamannya dengan rakus.
Sebelumnya...
Agung baru ingat bahwa ada seorang anak yang bisa menolongnya sekarang ialah Airin, anak pemilik kekuatan air. Tanpa banyak berpikir lagi Agung berlari menyusuri kegelapan malam menuju rumah Airin yang tertutup rapat.
Menggedor pintu gerbang sampai mengucap salam berulang kali sudah dilakukan namun pemilik rumah tidak juga keluar dengan amat sangat terpaksa Agung menerobos masuk dan Airin sudah ada di depannya begitu membuka gerbang.
"Maaf Airin tadi..." Agung gugup ketahuan masuk tanpa izin.
Airin tersenyum. "Nggak papa kak tadi Airin gak bisa buka gerbangnya eh sekarang udah kebuka sama kak Agung."
Syukurlah, Agung kira Airin akan meneriakkan maling sebab menerobos masuk ke rumah sembarangan ternyata Airin rupanya memaklumi.
"Kamu bisa bantu aku?" tanya Agung to the point enggan bertele-tele.
"Airin juga ingin minta bantuan kakak."