Seakan semesta tidak lagi berpihak pada si nenek, pasar malam yang tadinya selalu siang hari telah berganti menjadi sesuai bersama cuaca pada umumnya dan kini hanya tersisa puing-puing permainan yang hancur berantakan tanpa orang-orang yang selalu bergumul sambil tertawa bahagia.
"Kurang ajar anak-anak itu telah menghancurkan apa yang aku bangun susah payah!" si nenek berteriak keras menyalurkan amarah terpendam di dalam hatinya. Ia tidak dapat berbuat apa-apa lagi untuk sekarang, sebab setengah sumber kekuatannya sudah memudar bersama pasar malam ciptaannya.
***
Tiara, Agung, Bella dan Niko membuka gerbang lapangan yang tak terkunci, kebetulan si nenek masih berdiri disana sambil memandang sedih kehancuran pasar malamnya. Tiara mendekat perlahan lalu disuguhi tatapan si nenek yang tidak bersahabat namun tak menyurutkan niat Tiara untuk terus maju dan menyerahkan gitar berbentuk gantungan pada si nenek secara sukarela.
"Ini milik nenek kan? ambil, aku tidak perlu menyimpannya lagi," ujar Tiara menyodorkan gantungan gitar ditangannya dengan sedikit gemetar.
Si nenek menatap Tiara. "Kenapa kamu tidak menyembunyikannya dari saya?" tanyanya sebab sejak awal tak satupun anak-anak memberikannya secara sukarela.
"Aku yakin sebenarnya nenek berhati baik." Tiara menambahkan.
"Jangan kak!" cegah Arga membuat keduanya menoleh pada sumber suara dan Arga segera mengambil gantungan itu hingga secara otomatis si nenek sudah berpindah di dalam ruangan karcis dengan pintu terkunci rapat.
"Nenek kemana?" tanya Tiara kaget saat si nenek menghilang dari pandangannya dalam sekejap mata.
Arga menunjuk rumah karcis. "Terimakasih kak sudah mengembalikan benda ini tapi kakak yakin tidak mau memilikinya lagi?" tanya Arga memastikan.
Tiara tersenyum tipis dan berjongkok sambil menyentuh bahu Arga. "Aku ingin semuanya kembali normal dan ... kamu harus tetap jadi anak yang baik, oke?"
"Oke kak, Arga janji!" Arga melambaikan tangannya bersamaan dengan timbulnya asap putih pekat, ia menghilang ditelan si asap tanpa jejak begitu juga dengan aneka permainan pasar malam serta tempat karcis sudah menghilang digantikan oleh pemandangan lapangan hijau dikelilingi tembok terbuat dari batu. Ya sebuah lapangan luas telah kembali, tidak ada hal seram bahkan pasar malam terkutuk sekalipun sudah berlalu begitu saja bak tertiup angin.