Pasokkorang Kingdom

Iyun Na
Chapter #2

Dongeng kerajaan tidak terkenal | 1

“Dahulu kala, di awal abad ke-15, sebelum Kerajaan Balanipa meraih masa kejayaannya, ada sebuah kerajaan kuat yang sudah berdiri sejak abad ke-14. Sangat disegani dan ditakuti banyak kerajaan di tanah Mandar termasuk Kerajaan Balanipa. Tak banyak yang tahu tentang kerajaan ini, Nata,” ujarnya mulai bercerita.

Wanita tua itu lalu berjalan ke pembatas jembatan dan duduk di sana. “Nama kerajaan itu adalah Kerajaan Pasokkorang,” aku ikut duduk tak jauh darinya, membiarkan kakiku menggantung di tepi jembatan, “Pada masa itu, kaisar yang memimpin dikisahkan sebagai sosok yang sangat jahat, licik dan keji.”

Aku mendengarkan dengan serius. Kisahnya terdengar menarik. Yah tak ada salahnya juga mendengarkan dongengnya sebelum mati. “Pembunuhan, pemberontakan, perebutan wilayah dan banyak hal lainnya terjadi. Semua karena ulah kaisarnya. Aku lupa siapa namanya. Namun, yang terjadi bukan seperti itu, Natalia.”

Dahiku mengerut dan wanita itu kembali melanjutkan dongengnya. “Di tahun yang sama pada masa pemerintahan raja baru di Kerajaan itu, raja terdahulu telah menjalin kerja sama dengan Kaisar dinasti Ming-Kaisar Jiajing.”

“Kaisar Jiajing dan Raja Pasokkorang terdahulu sangat dekat, mereka bahkan telah sepakat menikahkan putra-putri mereka. Naas, Raja terdahulu wafat tanpa meninggalkan wasiat tentang kesepakatan itu. Hingga Kaisar Jiajing datang menagih di saat raja baru telah memimpin. Namun raja baru yang tidak tahu menahu masalah itu membuat Kaisar Jiajing murka. Di situlah awal mula rumor kekejian Raja Pasokkorang terbaru di mulai.” Netra kami bertabrakan, wanita itu tersenyum hingga membentuk bulan sabit.

“Kaisar Jiajing menghasut anggota Kerajaan Pasokkorang termasuk-”

Aku menoleh pada wanita yang tidak kuketahui namanya itu. Menatapnya yang sedang memandang lurus ke arah langit malam. “Istri raja.”

Mataku membulat. Tak menyangka Kaisar Jiajing itu akan melakukan trik licik. “Lalu apa yang terjadi pada kerajaannya?”

Wanita tua bertudung merah itu menoleh padaku. Ia menyingkap tudung yang menutupi surainya yang berwarna semerah apel (pantas saja dia memakai tudung, ternyata karena warna rambutnya aneh). Ia tersenyum lebar ke arahku dan berkata, “Kenapa tidak kau lihat sendiri akhir dari kisah itu, Natalia ....”

Tiba-tiba aku merasa kelopak mataku mendadak berat dan tubuhku melemas. Dan sebelum benar-benar hilang kesadaran, aku jatuh ke sungai tanpa perlu repot-repot melompat.

Jadi, beginilah hidupku berakhir. Aku mati dengan rasa penasaran terhadap kisah kerajaan Pasokkorang yang tidak terkenal itu. Sebelum kulitku menyentuh air, aku menatap lurus ke arah wanita tua tadi. Ia masih tersenyum lebar hingga menghilang menyisakan beberapa kelopak mawar merah.

---

Kerajaan Pasokkorang, abad ke-15.

“Hei bangun!”

“Bangun, Nawa!”

Aku mengernyitkan dahi. Terusik dengan teriakan dan tepukan di pipiku. Hingga aku teringat kejadian semalam. Harusnya aku sudah mati. Atau jangan-jangan aku sudah berada di surga?

“Nawa, kau akan dalam masalah besar jika tak bangun,” seseorang berbisik di telingaku. Mataku sontak terbuka lebar dan dikejutkan oleh sosok asing.

“Ahhhhh, kau siapa?!” jeritku penuh kepanikan.

Sosok itu ikut teriak, lalu berhenti dan menatapku tajam. “Nawa, ini aku, Idala.”

Lihat selengkapnya