Past and Future

Lydia
Chapter #6

Coincidence - Part 2

Pekan Ujian Kenaikan Kelas sudah dimulai sejak 2 hari yang lalu. Pembagian kelas ujian masih sama seperti saat Semester 1 maupun UTS Semester 2. Hari ini, ujian terakhir adalah Kimia. Rhena mengumpulkan ujiannya kedua dari terakhir. Setelah ia menaruh lembar soal dan jawabannya di meja guru, ia langsung beranjak keluar kelas. Tadi ia sempat lihat Shesyan sudah keluar duluan dibanding dirinya. Di depan kelas sudah mulai sepi, jadi ia bisa segera menemukan Shesyan yang sudah berada di depan kelas Peter. Shesyan tidak sendiri. Ia bersama Sherin dan Riken.

Entah kenapa, Rhena malah berhenti melangkah. Tanpa disadari, ia memerhatikan bagaimana Shesyan berinteraksi dengan teman ceweknya itu. Mereka sedang ngobrol. Entah membicarakan apa yang pasti mereka tertawa. Rhena mematung. Kenapa dia baru sadar sekarang kalau Shesyan juga akrab dengan teman ceweknya yang lain. Sepertinya itu hal biasa tapi dia kurang suka melihatnya.

Tak lama Peter menghampiri mereka. Peter merangkul Shesyan, lalu mereka pamit ke Sherin juga Riken. Setelah melambaikan tangan, mereka berjalan menuju kelas Axel. Sedangkan Sherin dan Riken berjalan ke arah dirinya. Rhena mengalihkan pandangannya dari mereka dan mulai kembali berjalan perlahan.

“Halo Ree, baru keluar?” sapa Sherin saat mereka berpapasan. “Barusan aja kita ketemu Shesyan sama Peter.”

“Iya, paling mereka mau jemput Axel. Gue duluan yah..” Pamit Rhena cepat.

“Oke, Ree. Bye!” Sherin dan Riken melambaikan tangan.

Rhena pun kembali beranjak jalan, langsung ke kelas X-1, tempat ujian Axel. Benar saja, di depan kelas Axel, Shesyan, dan Peter sudah menunggu. Rhena menghampiri. “Yuk, jalan!” ajaknya. Kemarin mereka sudah janjian mau makan bareng di café seberang sekolah.

Axel langsung meminta menu ke waiter sesampainya mereka di café. Setelah memesan, mereka ngobrol sambil menunggu makanan mereka datang. “Tadi gue ketemu Sherin sama Riken. Mereka akrab juga sama lu yah, Yan. Gue tau nya mereka suka ngobrol sama Axel. Btw, Sherin sama Riken cantik kan, Xel?” tanya Rhena tiba-tiba.

“Lumayan. Sherin lebih cantik sih..” jawab Axel.

Rhena mengulum senyum. “Ya, udah lu sama Sherin aja.”

“Hah? Gue ngga lagi nyari cewek.” Ujar Axel langsung.

“Kenapa?” tanya Rhena lagi.

“Belom bisa lupain mantan.” Gumam Peter kemudian meneguk minumannya. Axel menyodok rusuk Peter dengan sikut yang membuat minumannya tumpah ke dagu.

Rhena menatap kedua temannya itu dengan bingung. Ia tidak terlalu mendengar perkataan Peter. Melihat kedua temannya itu tidak berminat untuk menjelaskan, Rhena beralih menoleh ke Shesyan. “Kalau lu gimana, Yan? Ngga nyari cewek?”

“Kalau si Yan lagi nyari cewek yang..” ucapan Peter terhenti karena melihat Shesyan sedang melotot ke arahnya.

“Cewek yang?”

“Yang cakep, baik, pinter, tidak sombong, dan rajin menabung.” Celoteh Peter.

Rhena menggerutu sedangkan Peter ketawa melihatnya. Mereka masih asyik ngobrol tanpa menyadari kalau Axel sedang memerhatikan mereka. Rhena, Rhena. Dia bilang Shesyan dengan Sherin juga Riken itu dekat? Jelas lebih dekat Shesyan dengan Rhena dibanding dengan mereka. Jika tidak ada urusan apa-apa, mana pernah Shesyan menghampiri mereka duluan hanya untuk sekedar ngobrol atau bercanda. Axel tersenyum tipis. Ngga apa-apa kalau Rhena belum sadar. Nanti pasti akan ada waktunya dia sadar sendiri.

***

Rhena bersenandung sambil melihat-lihat Instagram nya. Ia sedang duduk di bangku panjang samping lapangan, tempat biasa ia dan teman-temannya yang lain berkumpul. Di hari pertama kelas XI ini, ia sudah janjian dengan Shesyan, Axel, dan Peter untuk melihat kelas bareng. Tapi sepertinya ia yang pertama datang. Teman-temannya yang lain belum kelihatan.

Rhena menutup Instagram nya dan membuka gallery foto. Entah saat liburan hari ke berapa, Shesyan mengiriminya foto. Shesyan sedang berdiri melihat sunset dan difoto dari samping, ala-ala candid. Selain Shesyan, Axel dan Peter juga pernah mengiriminya foto. Namun tetap fovorite nya adalah foto Shesyan ini.

“Ehem, kayaknya ada yang udah kangen berat sama si Yan nih..”

Rhena menoleh dengan kaget mendengar suara familiar itu. Ia langsung tersenyum sumringah melihat siapa di belakangnya. “Axel!”

Axel nyengir lebar dan mengacak-acak rambut Rhena, lalu duduk di sampingnya. “Udah lama? Belom ada yang dateng?”

Rhena menggeleng. Ia masih menatap Axel dengan mata berbinar. “Kangennn.”

Axel mengernyitkan dahi walaupun sudut bibirnya terangkat menyunggingkan senyum. “Ngga salah? Lu bukannya kangennya sama si Yan?”

“Kangen. Tapi sama lu juga kangen.” Jawab Rhena jujur.

“Kalau Pit?” tanya Axel iseng.

“Ngga.” Sahut Rhena langsung. Ia dan Axel tertawa.

“Ya, ya. Gue emang bukan tipe yang ngangenin sih..”

Rhena dan Axel langsung menoleh dan melihat Peter sedang menghampiri mereka dengan membawa botol Coca cola. Ia duduk di depan Axel dan menaruh botolnya di meja. “Tumben lu ngga telat, Nyet?” sapanya ke Axel.

“Iya, dong.. Gue mau lebih rajin sekarang.” Jawab Axel.

“Gue kangen sama lu juga kok, Pit.” Ujar Rhena.

Peter tertawa kecil. “Gue nya sendiri ngga kangen sama lu.” Jawabnya cuek.

Rhena terdiam, lalu melengos. “Ya, udah ngga jadi kangennya..” ujarnya.

Axel dan Peter tertawa. Ini salah satu yang ngangenin dari Rhena, polos dan blak-blakan. “Si Yan tumben lama?” tanya Axel, seperti bicara pada dirinya sendiri. Ia menoleh ke belakang, mencari temannya itu. Ketika melihat ke lapangan dekat ruang guru, tempat ditaruhnya pengumuman kelas X, ia langsung tertegun. Ada satu cewek yang menarik perhatiannya. Cewek itu sedang ngobrol dengan teman cewek di sampingnya. Wajah itu…

Betulkah itu dia? Mata Axel sama sekali tidak mengedip memerhatikan cewek itu. Yang membuatnya sadar kembali adalah suara Rhena yang cukup kencang saat memanggil Shesyan. Ia mengejap-ngejapkan matanya dan memalingkan wajahnya dari cewek itu. Ia melihat Shesyan tersenyum menghampiri tempat dirinya dan teman-temannya berkumpul.

“Yo, liat kelas yuk!” ajak Shesyan langsung. “Udah rame tuh di lapangan.”

“Yuk!” Rhena juga langsung mengiyakan dan berdiri. Ia dan Shesyan berjalan duluan sambil mengobrol, mungkin melepas kangen. Axel dan Peter mengekor di belakang mereka. Peter menoleh dan terdiam melihat temannya itu seperti sedang mencari seseorang. Ia mengikuti pandangan Axel tapi tidak tahu siapa sosok yang dicari temannya itu. “Nyari siapa?” tanya Peter.

Axel melirik Peter sekilas. Mulutnya terbuka tapi kemudian ditutupnya lagi. “Ngga.” Jawabnya akhirnya.

Peter mengangkat kedua alisnya. Itu berarti Axel belum mau cerita. Ia mengalihkan pandangannya ke depan. “Wih, rame amat..” serunya saat melihat kerumunan siswa ke depan papan pengumuman yang ditaruh di tengah lapangan. Mereka berhenti di baris ketiga. Ia tertawa mendengar Rhena mendumel karena tidak bisa melihat list di papan pengumuman.

Tak lama, barulah mereka bisa maju untuk benar-benar berdiri di depan papan pengumuman. Rhena langsung mencari namanya. “Gue di A3.” Ujarnya riang. Matanya masih fokus ke kertas pengumuman. “Yan, Xel, kita bareng lagi.. Peter, mm, yah Pit di A2..” Ia berbalik dan langsung limbung karena didorong oleh murid lain.

Lihat selengkapnya