Edufair
Rhena dan Rhea berdiri di depan kantin. Karena ruang kelas dipakai untuk universitas-universitas yang datang, tadi pagi seluruh murid harus berkumpul di auditorium untuk absen. Setelah itu bebas. Mereka bisa mengunjungi stand-stand yang ada untuk mencari informasi mengenai universitas yang mereka mau atau sekedar keliling-keliling.
“Mana mereka? Lama amat.” Gerutu Rhea. Ia sedang menemani kakaknya menunggu teman-temannya selesai makan di depan sekolah. Rhena tidak ikut karena sedang malas.
“Tau nih.. Coba gue telepon bentar.” Rhena mengambil hp di saku roknya, lalu mencoba menelepon Shesyan. “Halo, Yan.” Untung diangkat. “Kok lama banget sih? Udah selesai makan belum?” Rhena terdiam sebentar, kemudian kembali berbicara. “Di depan kantin. Ya udah, gue duduk di bangku panjang yah.. Iya. Jangan lama-lama. Dah!” Rhena memencet end call, lalu berbalik ke Rhea. “Mereka masih nongkrong di depan.” Tanpa menunggu balasan Rhea, Rhena sudah berjalan terlebih dahulu. Mau tidak mau, Rhea mengikuti.
“Lagian ngapain lu nungguin mereka sih? Bareng aja sama temen-temen lu yang lain.” Cetus Rhea setelah mereka duduk di bangku panjang samping lapangan.
“Kan udah janji duluan sama mereka..” ucap Rhena pelan. “Si Jenny sama Gea mana?” tanyanya. “Coba telepon gih..” lanjut Rhena, agak tidak enak karena seperti memaksa Rhea untuk menemaninya.
Rhea menghela napas. “Ngga usah.” Jawabnya.
“Sekalian cari cowok sono.” Sahut Rhena asal.
“Temen-temen cowok lu banyak tuh..” jawab Rhea langsung.
“Pilih lah, mau siapa? Axel? Peter?” tanya Rhena antusias.
“Shesyan udah sold out?” Rhea balik bertanya dengan wajah sok polos.
Rhena mendelik. “Udah tau, ngga usah nanya.”
Rhea tertawa tapi lama kelamaan tawanya hilang. Rhena menatapnya bingung dan baru menyadari kalau matanya terfokus pada sesuatu di belakangnya. Ia pun menoleh. Ada seorang cowok yang sedang melihat ke arah mereka. Dari seragamnya, sepertinya ia dari SMA lain. Rhena kembali menoleh ke adiknya. “Siapa?” tanyanya sambil mengedikkan kepalanya.
“Ngga tau.” Jawab Rhea tanpa mengalihkan pandangannya. Rhea menatap kakaknya. “Kayaknya dari tadi dia ngeliatin kita.” Ia kembali melihat cowok itu. Ketika dilihatnya Rhena melayangkan pandangannya ke belakang, cowok itu membuang muka dan pergi.
“Siapa ngeliatin siapa?” Tahu-tahu Shesyan sudah berdiri di belakang Rhena.
“Udah nongkrongnya?” Rhena tidak memedulikan pertanyaan Shesyan. Dilihatnya Shesyan hanya nyengir lalu duduk di samping Rhena. Axel dan Peter menyusul. Axel duduk di samping Shesyan, sedangkan Peter tetap berdiri di depan Axel.
“Lu jadi mau keliling?” tanya Axel sambil memajukan badannya agar bisa melihat Rhena.
“Jadi dong!” jawab Rhena langsung. “Yuk, sekarang! Lu jadi mau ikut ngga?”
Axel melirik Peter yang masih sibuk dengan hpnya. Ditendangnya kaki Peter, cukup keras hingga Peter menoleh padanya. “Ikut ngga?”
“Terserah.” Jawab Peter singkat lalu kembali sibuk dengan hpnya.
Axel kembali menoleh ke Rhena. “Yuk lah..”
***
Rhena menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari Shesyan. Di lengan kirinya sudah menggantung tas kain berukuran sedang yang berisi brosur dan souvenir dari stand universitas yang sudah dihampirinya tadi. Sedangkan di tangan kanannya, ia sedang memegang brosur dari Binus University yang baru saja diambilnya barusan. Baru keliling di lantai 1, Axel dan Peter sudah malas melanjutkan. Jadilah mereka ‘nge-date’ ke kantin sesuai keinginan Axel kemarin. Lain lagi dengan Rhea. Ia bertemu dengan Gea dan Jenny saat mau ke lantai 2 lalu memilih untuk keliling bersama mereka. Tinggalah Shesyan seorang yang menemani Rhena.
Rhena menghela napas panjang saat akhirnya menemukan Shesyan sedang bersandar di tembok depan kelas XI-A2, kelas di mana stand yang mereka kunjungi berada. Ia menghampiri Shesyan yang sedang fokus pada hp di tangannya itu. “Yan.” Panggilnya.
“Hm?” Shesyan menjawab namun tidak menoleh.
“Ngapain sih dari tadi maen hp mulu?” tanya Rhena penasaran.
Shesyan tetap tidak menoleh, bahkan kali ini ia diam tidak menjawab. Rhena diam, menunggu. Sampai dilihatnya Shesyan tersenyum sendiri, mengetik sesuatu di hpnya, baru kemudian menoleh ke arahnya. Dan kalimat pertama yang diucapkan olehnya malah, “Gue pergi dulu yah..”
Rhena mengernyitkan kening. “Mau ke mana?”
“Ah, gue lupa cerita yah? Temen gue ada yang dateng, jadi kita mau ketemuan.” Jawab Shesyan. “Temen kecil dulu, jaman SD. Bukan temen SD juga sih..” lanjutnya.
Rhena semakin mengernyitkan keningnya, tidak mengerti dengan penjelasan Shesyan yang ngga jelas. “Cowok atau cewek?”
Shesyan tersenyum kecil. “Cowok kok.. Kenapa?”
Rhena ber-oh-ria. “Ngga apa-apa. Terus gue gimana?”
“Mau ikut?” ajak Shesyan langsung.
Rhena diam, berpikir. Kalau ikut, ngga kenal juga. Yang ada nanti dia malah dicuekin. Tapi kalau ngga ikut, dia mau ngapain? Lanjut keliling sendirian? Atau.. “Ngga deh, gue ke kantin aja nyari Axel sama Pit.” Jawab Rhena akhirnya.
Shesyan menatap Rhena dalam diam. Sebetulnya ia tidak terlalu suka kalau Rhena bareng dengan.. Axel. Walaupun ia tahu Axel mendukung hubungannya dengan Rhena dan lagi Axel adalah sahabatnya, tetap saja perasaan tidak suka itu sering muncul. Selama ini Shesyan hanya diam dan menutupi perasaannya. Ia menarik napas panjang, lalu tersenyum. “Ya udah. Nanti gue nyusul. Kabarin.” Ucapnya.
Rhena mengangguk. “Jangan lama-lama.” Pesannya.
“Iya.” Shesyan sempat mengacak-acak rambut Rhena sebelum meninggalkannya untuk menghampiri temannya itu. Mereka janjian di depan kelas XII-A3. Kebetulan temannya itu memang sedang di lantai 3, jadi Shesyan menyuruhnya stay di sana.
Sesampainya di lantai 3, kepala Shesyan langsung celingak-celinguk mencari temannya itu, terlebih setelah sampai di depan kelas yang dimaksud. Shesyan menyandarkan badannya tepat di tembok seberang pintu kelas. Ia menghembuskan napas panjang. Sialnya dia tidak terlalu ingat wajah temannya itu, secara sudah bertahun-tahun tidak bertemu.
Ia menyerah setelah memandangi sekitar 5 cowok yang ia kira adalah temannya itu dan ternyata bukan. Ia membuka chat nya dengan temannya dan mengabari kalau ia sudah di depan kelas XII-A3. Setelah itu, ia membuka profile picture temannya itu dan langsung mendesah kecewa. Temannya itu memakai foto dirinya yang sedang memandangi matahari terbit dari puncak gunung. Hanya punggungnya yang terlihat.
1 menit, 2 menit, tidak ada balasan. Shesyan me-lock hpnya dan menaruhnya di kantung celana. Pasrah, ia hanya memandangi siswa-siswi yang keluar masuk kelas tanpa mencoba mencari temannya itu lagi. Tak lama, 2 orang cowok keluar dari dalam kelas sambil membawa brosur. Satu di antaranya tidak sengaja melihat Shesyan dan berhenti berjalan. Ia berbicara sebentar pada temannya sebelum kemudian menghampiri Shesyan. Sedangkan temannya itu pergi entah kemana.