Past Infinity

Enya Rahman
Chapter #11

10

Ketika melihat foto keluarga yang menyeruak dari balik vas bunga itu aku menyadari tidak ada Vivian di sana. Hanya kami berempat. Aku tidak begitu ingat wajah Anne. Kuraba foto Anne di sana, sedang tersenyum. Aku memang mirip dengan Anne, dan aku lega karenanya. Tanganku turun ke Fares, Fares berbeda denganku, dia tidak mirip Anne sama sekali. 

Tangan kecil menumpuk di atas foto keluargaku, kuseret mataku pada pemilik tangan itu. Vivian, dengan dua kepangnya menjulurkan lidahnya. 

Kanka. Dia berkata, menunjuk ke latar belakang fotoku, güzel, değil mi? lanjutnya seraya menampakkan gigi susunya.

“Ya, bagus.” Jawabku. Kuperhatikan latar belakang foto itu. Sungai jernih dengan pinggiran rerumputan hijau, menjulang jauh dan tinggi lalu dinding batu berwarna cokelat terang yang ada di belakang sungai menghalangi matahari menyinari kami. Sesungguhnya ini sangat bagus.

“Kenapa kamu nggak memanggilku Abi?” 

Vivian tersenyum lalu menggeleng, Kanka. Katanya, Vivian menggiringku ke depan pintu, di sana dia kembali berkata, Kanka.

Sebenarnya aku suka kata itu, ada kesederhanaan di dalamnya. Kanka. Aku merasa sesuatu yang hangat menjulur di tubuhku setiap kali membisikkan kata itu dalam hati. Kanka. Aku bahkan tidak mengerti kenapa aku harus berbisik di dalam hatiku sendiri. Kurasa Vivian transparan yang hidup dalam apartemenku boleh memanggilku kanka.

Kenop pintuku ditarik dan Ara memunculkan senyum lebarnya ketika membuka pintu dengan aku berdiri di depannya. 

Lihat selengkapnya