Past Infinity

Enya Rahman
Chapter #26

25

Dia menetapi janjinya. Hanya catatan-catatan kecil yang menempel di kulkas sebagai penunjuk bahwa setiap pagi Ara datang untuk membersihkan apartemen dan memasakkan makanan Turki. 

Jika aku tidak dapat tidur dapat kudengar suara gaduh panci dan air mendidih, juga meja-meja yang digeser tapi kuhentikan diriku setiap kali mencoba untuk membuka pintu kamar. Atau jika diriku tidak menuruti perintah Xanax adalah satu-satunya jalan keluar. Tempatku kembali ke mimpi-mimpi mengenai Hasankeyf dan bayangan Vivian kecil yang menyenangkan.

Di sana, dalam dunia itu, aku tidak pernah merasa marah. Bagian teraneh dari itu semua adalah aku iri pada diriku sendiri di Hasankeyf.

Hari-hari menjelang IPhO kutenggelamkan diriku pada soal-soal milik pak Prapto dan soal-soal kiriman dari tim suksesku yang ada di Jakarta. Ryndapun jarang datang karena aku kembali menjadi pendengar pasif, kini dengan tambahan kata tingkat akut. 

Hanya kemarin aku beringsut dari meja dapur tempatku biasa menyelesaikan soal fisika menuju sofa merah untuk memeluk Rynda yang sedang menangis. Dia baru saja diselingkuhi pacar barunya, untuk pertama kalinya Rynda diselingkuhi. Sepupuku yang paling tahu cara merebut hati seorang pria. 

Lama Rynda menangis di dadaku, dengan tangannya dia merengkuhku makin erat. Tanpa berkata apapun. Ini adalah komunikasi paling efektif antara kita berdua, dan kita menyukainya.

“Aku mau nonton tivi.” Rynda melepaskan tangannya dariku, menyalakan tivi tanpa menatapku. Dia terus memindah channel tivi dengan mata kosong.

Dari semua hal yang masih tersisa di hidupku Rynda adalah salah satu yang ingin selalu kulindungi, seperti caranya melindungiku dan mengeluarkanku dari kungkungan biologi. Semarah apapun aku padanya aku tidak bisa membiarkannya menangis terutama hanya karena lelaki dan klien-klien brengseknya.

“Aku cuma butuh waktu buat ngembaliin konsentrasi.” Kilah Rynda.

“Kamu mau dia aku apakan?” Biasanya aku akan memukul siapa saja yang membuat Rynda menangis. 

Rynda menggeleng, “jangan bikin ulah lagi, aku udah capek dengan tingkahmu Dewa.”

“Gimana rasanya diselingkuhi?” 

Jawaban Rynda hanya dorongan kecil pada dadaku.

Lihat selengkapnya