Past Infinity

Enya Rahman
Chapter #27

26

Katakan saja aku terkena diare kenangan akut. Gejalanya kenangan sialan yang kulupakan menyerbu siang-malam membuatku menambah dosis Xanax yang membuatku berpeluang besar terkena gagal ginjal.

Meskipun aku kehabisan energi mereka tetap memaksa keluar, melilit perutku. Jika otakku sedang sangat kreatif maka dia akan mencampurkan antara Oxford-Hasankeyf dalam satu frame. Mereka tidak mengasihaniku yang muntah tak keruan setiap mengingat itu. Aku sudah kehabisan nafas, kehabisan bahan muntahan dan pingsan tapi itu terus menyerbu. Dan aku akan mencoba menjadi pria sabar dengan tersenyum setiap diare itu makin kronis.

Ah, ini saat aku masih bercita-cita menjadi ahli botani. Lucu sekali.

Ah, ternyata dulu aku menolong Vivian dan jadi teman pertamanya di Turki. Manis sekali. Ah, pemuja biologi itupun ikut menangis bersamaku ketika menguburkan Anne dan Fares. 

Kesimpulan menyakitkan yang kudapat adalah diapun tahu kenapa aku tidak bisa berhenti menangis tapi dia lebih senang memukul dan mengurungku di kamar gelap.

Kuletakkan pointer di atas meja, menghadapi penguji proposalku setelah selesai menjabarkan isi proposal skripsiku. Mereka membuka-buka proposalku, menatapku lalu kembali ke dalam proposal-proposal itu.

“Sebenarnya, Wa, kamu bisa memilih tidak mengambil skripsi kami tetap meluluskanmu.” Canda dosen pembimbing keduaku. 

Aku tersenyum tipis, “saya masih perlu skripsi, Pak.” Karena hasil ini yang akan kulampirkan untuk aplikasi ke Cambridge nanti. Keluar. Dari. Indonesia.

Lihat selengkapnya