PATAH HATI SEORANG AKTIVIS

Embun Pagi Hari
Chapter #2

1. SI PUSARA PERHATIAN

“Gue, kan, udah bilang, gue nggak mau balikan sama lo, Dim!” 

Teriakan kencang di tengah Hall Fakultas Seni Rupa itu langsung membuat keadaan hening. Beberapa Mahasiswa merasa mendapatkan tontonan yang menarik, sementara yang lainnya melengos tidak peduli.

Emily Haruna Alamsyah masih menatap Dimas yang baru seminggu sah menjadi mantan pacarnya itu dengan marah. Berani-beraninya Cowok itu menemuinya lagi setelah apa yang ia lakukan!

“Em, please, kita bisa omongin semuanya baik-baik.”

“Apa yang mau lo omongin? Lo mabuk terus nggak sengaja ciuman sama si Bi*ch sialan itu, gitu? lo pikir gue sebodoh apa, sampai nggak bisa bedain mana orang mabuk, mana yang enggak?” bentak Emily. Wajahnya sudah memerah menahan kekesalan. Sementara itu, Dimas terlihat panik karena tengah menjadi tontonan para mahasiswa lainnya.

“Sayang, kamu pelanin ya suaranya, nggak enak jadi tontonan banyak orang gini.”

Emily tertawa jengah. Bahkan, sampai detik ini pun Dimas masih memikirkan citranya sendiri dibandingkan dengan perasaan Emily!

“Apa lo bilang? Nggak enak? Terus lo pikir diselingkuhin itu enak? Hah!” Emily mengangkat tasnya dan mulai menghujami Dimas dengan pukulan bertubi-tubi. “Harusnya itu lo mikir sebelum selingkuh! Gue nggak sama kayak cewek lain yang bakal diem aja liat lo selingkuhin gue! lo pikir di mana harga diri gue, Brengsek!”

“Ehh, Emm.. Emm, sabar dong, sabar.” Lengan Dimas terangkat, mencoba menghalangi pukulan Emily.

Alih-alih mengikuti perintah Dimas, Emily malah semakin keras memukul cowok itu dan membuatnya merintih kesakitan. 

“Hal terbodoh yang pernah gue lakukan adalah nerima lo jadi cowok gue, paham!” ujarnya keras.

Dimas menahan lengan Emily dan langsung berujar, “Aku udah minta maaf, Em. Seminggu ini aku selalu cari cara buat bisa minta maaf sama kamu, tapi kamu selalu menghindar. Dan cuma karena masalah ini, kamu giniin aku?” ujar Dimas tidak percaya.

Emily menyentak lengannya, menarik napas panjang agar emosinya terkendali. “Lo bilang CUMA?” tekan Emily sebelum melanjutkan, “Dim, selama ini, setiap lo mabuk-mabukan sama teman-teman lo itu, apa pernah gue marah? padahal lo paling tahu, gue benci cowok yang suka mabuk. Setiap kali lo bilang, kalau lagi di kantor polisi gara-gara ribut, apa gue pernah marah? Lo tahu dengan jelas, gue nggak suka liat lo berantem.”

“Em,” Dimas berujar lirih, berusaha meraih tangan Emily, tapi gadis itu memilih mundur.

Lihat selengkapnya