Patahan Teka-Teki

Tatsnia Kivian
Chapter #3

BAGIAN 3

Motor sport berwarna hitam berhenti tepat di rumah dua lantai yang minimalist berwarna putih. Adrian melepas helm full-face miliknya dan mengambil ponselnya di dalam tas. Ia mengetikkan pesan singkat di sana seraya menatap kamar yang terletak di lantai dua.

Lima menit sudah pesan yang dikirimnya belum terbaca. Adrian menekan gambar telepon seraya salah satu tangannya mengetuk-ngetuk tangki motornya sambil menunggu panggilannya diterima.

"Hallo?"

"Lo di mana?"

"Lah? Udah di kelas lah!"

"Oh, ya udah."

"Lo di mana?"

"Ini mau berangkat."

"Gila. Lima belas menit lagi masuk, Adrian."

"Iya, bawel."

"Nggak usah ngebut! Hati-hati."

"Ya."

Adrian mengakhiri panggilan dan memasukkan ponselnya ke dalam tas. Buru-buru ia memasang helm full-face miliknya dan menyalakan mesin motornya.

*

"Kok kita nggak ketemu sih, Ki?"

"Lo tahu gue nonton?" Kiana meletakkan pensil mekaniknya dan menoleh ke arah Alda bingung.

"Gika lihat lo." Mata Alda melirik ke arah Gika yang duduk di bangku kedua dari tempatnya.

"Oh." Kiana mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Ia kembali menggambar motif apapun di kertas kosongnya dengan pensil mekaniknya. Secara perlahan, Kiana mengasir gambarannya dengan lembut dan teliti.

"Alda!"

Alda menoleh ke ambang pintu kelasnya dengan jengah. Malas sekali bertemu dengan Arkan lagi. Laki-laki menyebalkan yang sangat dibencinya.

"Apa lo?"

Arkan menarik kursi kosong di dekat Alda dan meletakkan di samping mejanya. Tatapannya gusar dan kesal karena gadis di hadapannya ini berhasil mengganggu pikirannya sejak kemarin.

"Lo ada masalah apa sih sama gue?"

"Lah? Lo mau cari masalah sama gue?"

"Lo yang cari masalah sama gue dari kemarin gila."

"Mana ada?! Lo datengin gue itu berarti lo yang cari masalah, bambang!"

"Bambang bambang, nama gue Arkan, maemunah!"

Alda mendelik mendengar balasan Arkan yang membuatnya semakin emosi. Lagian, kenapa laki-laki itu mendatanginya hanya karena masalah sepele?

Sedangkan Kiana yang memerhatikan mereka sejak awal pun hanya menggelengkan kepalanya seraya menahan tawanya agar tak pecah. Entah kenapa, melihat Arkan dan Alda bertengkar seperti ini menjadi hiburan tersendiri baginya. Mereka sama-sama tak pernah mau kalah saat berdebat. Mereka lebih memilih mengeluarkan kata-kata yang terlintas di otak mereka masing-masing dengan santai.

Hingga perdebatan mereka terhenti saat Rega masuk ke dalam kelas dengan meminta perhatian dari teman-teman kelasnya. Sebagai ketua kelas di 12 MIPA 2, Rega memanggil sekretaris kelasnya untuk menulis pengumuman yang disampaikan oleh guru untuk murid-murid di SMA Bangsa.

"Gue bacain, lo yang tulis ya, Risa," ucap Rega memberitahu.

Tangannya memukul papan tulis untuk meminta perhatian dari teman-teman kelasnya lagi. Karena teman-temannya masih ribut sana sini dan mengabaikan dirinya yang sudah bersiap memberikan pengumuman penting yang akan membuat teman-teman seangkatannya senang.

"Woi! Lihat ke depan!" seru Rega dengan keras yang membuat semuanya menatap ke papan tulis. Memerhatikan Risa yang sudah bersiap untuk menuliskan sesuatu di papan tulis.

"Dengerin ya, Risa."

"Iya, iya. Cepetan."

"Pengumuman. Tulis."

Risa mulai menuliskan apa yang diucapkan Rega dengan huruf kapital.

"Hari ini murid SMA Bangsa Tiga," jeda Rega seraya menunggu Risa menyelesaikan tulisan yang diucapkannya barusan. "Dipulangkan lebih awal," sambung Rega yang langsung dijawab dengan senyum lebar karena senang.

"Sumpah?!"

"Tulis dulu, Risa."

Risa tersenyum lebar seraya kembali melanjutkan tulisannya di papan tulis. Saat itu juga murid di kelas 12 MIPA 2 langsung berteriak histeris melihat pengumuman yang tentunya membuat siapapun murid menjadi bahagia saat tahu kelas dipulangkan lebih awal.

"Belum selesai, heh!"

"Lanjut ya, Risa." Rega kembali membacakan pengumuman yang ditulisnya di kertas kosong tadi. "Buat makalah untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dikumpulkan hari ini jam tiga sore."

Risa yang mendengar itupun langsung melotot. "Sumpah?! Gila. Hari ini?! Yang bener aja lo?!"

"Apaan?" seru Gika yang penasaran di tempat duduknya.

"Tulis, Risa. Nanti gue jelasin."

Meskipun Risa menggerutu, ia tetap menuruti perintah Rega. Setelah selesai menulis pengumuman yang disampaikan oleh Rega di papan tulis, Risa kembali duduk di bangkunya dan menunggu ketua kelasnya itu untuk menjelaskan maksud tugasnya.

"Gila. Makalah dibuat lima jam?"

"Parah."

"YANG BENER AJA LO, REG?!!"

"Asli. Mending ada kelas!"

Lihat selengkapnya