"Kapten!!"
Adrian yang merasa terpanggil pun menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Arkan yang berlari ke arahnya dengan tersenyum lebar yang khas. Dia langsung merangkul bahunya, begitu berada di sampingnya.
"Apaan nih maksudnya rangkul-rangkul gue?"
Sambil tertawa, Adrian melepaskan tangan Arkan yang berada di bahunya.
"Kayak lo nggak hafal sama gue. Biasa," kata Arkan seraya menaik-naikkan alisnya seperti memberi kode.
Adrian sempat mengernyitkan dahinya bingung, sebelum melotot melihat ekspresi Arkan yang semakin tertebak.
"Lo samperin gue cuma buat ngerjain tugas lo? Mending gue musuhan sama lo."
Arkan tersenyum simpul seraya berkata, "sebagai anak nomor satu di angkatan, ya kali lo gitu sama temen lo sendiri."
"Sebagai anak terbandel, ya kali lo gitu ke anak nomer satu di angkatan? Mau berantem lo?"
Bukannya kesal dengan ucapan Adrian, Arkan justru terkekeh. Ia pun menepuk pundak Adrian dengan pelan dan berkata, "gue mau tambah pintar, Dri. Nanti ajarin gue, ya."
Belum sempat Adrian menjawab, Arkan sudah terlebih dahulu meninggalkan dirinya yang mengerjapkan matanya beberapa kali. Sikap Arkan yang sedikit berbeda dari biasanya, membuat pikirannya justru menebak-nebak apa yang membuat laki-laki itu berbeda.
*
"Gimana kemarin?"
Kiana yang baru saja meletakkan tas ranselnya di atas kursi pun langsung melotot. Dilihatnya Alda yang tersenyum menggoda ke arahnya, seperti menebak-nebak tentang kejadian kemarin. Ingin rasanya ia melempar buku ke depan wajah sahabatnya yang membuatnya malu kemarin.
"Gara-gara lo, ya, Al."
Alda tertawa seraya melipatkan bibirnya ke dalam. Melihat ekspresi Kiana, membuat tebakannya benar. Kiana pasti melakukan kesalahan.
"Apa? Lo nangis?"
"Kampret."
"Sumpah?!"
Saat itu juga tawa Alda semakin lepas dan meninggi. Tak menyangka bahwa tebakannya benar. Ia tahu, bahwa Kiana adalah tipe orang yang gampang sekali menangis. Karena dulu, pernah ia beberapa kali usil di samping Kiana, seperti memarahi, menghilangkan barang kesukaannya, dan lain-lain. Sebenarnya terdengar sederhana, tapi Kiana bisa sampai menangis karena hal sepele tersebut. Lalu, sekarang? Hal apa yang membuat Kiana sampai menangis di depan laki-laki tampan seperti Ardan Reigha?
"Ardan nakal sama lo? Ardan sembunyiin barang lo? Atau lo ditolak?" cerocos Alda tanpa henti, yang membuat Kiana ingin sekali menyumpal mulut sahabatnya itu dengan kaos kakinya.
"Cerewet banget lo. Awas aja, ya, Al. Gue doain lo jodoh sama Arkan," ucap Kiana seraya mengangkat kedua tangannya seperti orang yang sedang berdoa.
"Sembarangan! Najis, amit-amit."
Alda langsung panik sendiri dengan doa yang diucapkan oleh Kiana. Takut sekali bahwa nantinya menjadi kejadian. Karena targetnya hanyalah Adrian seorang. Atau kalau memang meleset, jatuhnya tak jauh-jauh dari Ardan.
"Aamiin."
Suara berat yang berada di samping telinga Alda persis, membuat dirinya langsung merinding dan mengeluarkan ekspresi garangnya.
"Amit-amit!"
Arkan terkekeh. Ia justru tersenyum melihat tingkah Alda yang justru terlihat lucu di hadapannya.
"Lo kalau mau benci sama orang, jangan terlalu benci, Al. Nanti justru kayak gue.." jeda Arkan dengan tersenyum tipis. Rasa-rasanya senyumnya kali ini berbeda seperti biasanya yang terlihat tengil dan menyebalkan. Justru, senyumnya kali ini terlihat tulus dan ikhlas. Membuat Alda yang melihat senyum tersebut pun merasa terkejut.
"Kayak lo apa, Cuy?" tanya Gika yang sejak awal mendengarkan ucapan Arkan.
"Tau nih! Mau nembak aja, jedanya lama bat!" tambah Rega yang justru berdiri di belakang Arkan dan menunggu moment penting setelah ini.
Melihat beberapa teman-temannya tiba-tiba berdiri di sekitar Alda, membuat Arkan mengumpat di dalam hati. Padahal, niatnya ingin mencari perhatian Alda dengan sok manis, tapi berujung malu.
"Haihh!!"
Arkan mengacak rambutnya dengan kasar.
"Kepo lu pada. Balik kelas dululah gue!" kata Arkan yang langsung meninggalkan kelas 12 MIPA 2 dengan jantung berdebar hebat.
"Woi, Si Bambang! Bikin anak orang penasaran aja!" seru Gika yang cukup kesal karena Arkan yang justru pergi setelah membuat dirinya penasaran.
Rega pun berjalan mendekati Alda, senyumnya menggoda dan terlihat menyebalkan di mata Alda.
"Apa lo?" tanya Alda sewot.
"Lo kayaknya bentar lagi nggak jomblo deh," kata Rega tiba-tiba.
"Ya iyalah! Adrian tuh kosong," jawab Alda asal dan mengubah posisi duduknya dengan senyaman mungkin.
"Wah, lo nikung sahabat lo sendiri?"
"Mana ada! Orang Kiana udah sama yang lain!"