Saat tahun 1999 berganti menjadi tahun 2000, dunia menyebut bahwa kita memasuki milenium baru, milenium ke-tiga katanya. Era di mana konsol Nintendo dianggap kuno dan Play Station mulai merebak, masa di mana Britney Spears menjadi idola remaja perempuan dan Blink 182 menjadi band indikator ke-macho-an para remaja laki-laki, serta momen ketika internet mulai menggugah naluri remaja untuk mendapati "dunia baru" di dalamnya. Awal Juli 2000, saat inilah cerita dunia Patricia Muda dimulai, di sebuah SMA favorit bernama Kilamara Patra di kota kecil fiktif bernama Kilamara.
Pembaca mungkin akan simpatik pada apa yang dialami tokoh R. Bagus Djojosentono, sejak hari pertamanya masuk sebagai siswa SMA favorit ini di usia 14 tahun. Nama "ningrat" yang melekat padanya ternyata tidak berperan penting terhadap perkembangan reputasi sebagai siswa berpengaruh. Yang didapatnya justru perundungan oleh mereka, para murid berprestasi, berparas rupawan dan tentunya memiliki privilege atau kehidupan istimewa dari para orang tuanya yang memegang jabatan-jabatan penting di Patra Manunggal, perusahaan minyak di Kilamara yang bekerja sama dengan Brettwell Industries dari Amerika Serikat.
Namun, setiap remaja yang berhasil masuk SMA Kilamara Patra tetaplah memiliki bakat dasar intelegensia. Begitu pula Bagus, perundungan yang ditimpakan padanya tetap dilawan olehnya dengan berbagai macam cara halus, main cantik dalam bentuk politik. Tanpa disadari Bagus telah menjadi bagian dalam lingkaran intrik Patricia Muda. Di sinilah perasaannya bergejolak, jati diri seperti apa yang sebenarnya ingin dia miliki?
Patricia Muda, maknanya yang diambil dari sejarah peradaban Yunani kuno tentang kesenjangan status sosial antara kaum terpelajar dan kaya bernama Patricia dengan Plebeia yang berarti rakyat jelata. Patricia Muda juga menjadi parafrase dari sebuah puisi yang ditulis oleh penulis pada tahun 2001 berikut:
Lahir di atas tumpukan emas
Dewasa dalam gaya
Bawa pengaruh panas!
Sebutlah Patricia Muda
Sobat kaum kelas atas
Tak perlu ikut belajar drama