PawsLova

Regina Mega P
Chapter #2

#2 Stubborn

Pekerjaannya sebagai sekertaris di sebuah perusahaan tekstil di Jakarta, membuatnya harus ikut kemanapun atasannya pergi. Seperti hari ini. Di hari kesepuluh acara get away nya dari rumah, dia harus pergi ke Surabaya untuk bertemu seorang klien yang hendak bekerjasama dengan perusahaannya dalam pembuatan kain polyester. Beberapa kali dia harus mengalihkan panggilan teleponnya karena terus menerus berbunyi, disaat mereka sedang mempresentasikan produk perusahaannya. Beberapa kali pula, mata Manoj menoleh kearahnya dan memberi kode untuk fokus terhadap pekerjaan yang ada di hadapannya. Namun kali ini, dia sedikit menoleh pada ponselnya dan mendapati nama Astrid berkedip pada layar enam inch.

Apa lagi, sih! Batinnya. Pikirannya sudah cukup lelah dengan semua masalah yang dia hadapi akhir-akhir ini. Lagi-lagi, perempuan itu mengalihkan panggilan ketiga puluh dari sahabat baiknya sebelum mata atasan memergokinya untuk yang kesekian kali.

·         

“Saya lihat kamu daritadi nggak fokus! Ada apa, Bel?”

Dalam hatinya gadis itu merutuki Astrid yang mengganggu pekerjaannya dan nyaris membuatnya habis dimaki atasannya. “Enggak apa-apa, Pak,” jawabnya. Sesekali dia menatap ke arah spion. Memastikan tidak ada kerutan yang terlihat diraut wajahnya. Sepertinya mood Pak Manoj sedang baik, terlihat dari wajahnya yang sedikit berbinar setelah mendapat pesan masuk dari layar ponselnya. Setidaknya Bella tidak akan dimakinya saat ini.

Perawakan Manoj yang tidak terlalu besar, namun memiliki kumis yang cukup lebat serta kening yang berkilau tanpa rambut, membuatnya sedikit bergidik. Dia tak ingin melihat laki-laki berkebangsaan India itu memaki lagi, setelah sebulan yang lalu Bella melihatnya marah kepada salah satu supervisor produksi karena melihat salah seorang operator terlambat menggulung benang, hingga membuat cacat produksi dan merugi hampir puluhan juta.

“Saya tidak mau, ya proyek ini gagal cuma gara-gara kamu. Ingat! Bulan kemarin kita merugi banyak.” Lelaki itu tinggal di Indonesia sejak usianya masih kepala tiga. Sejak dia masih menjabat sebagai supervisor produksi di perusahaan tekstil milik kakeknya.

“Baik, Pak.” Tak ada apapun lagi yang bisa dijawabnya selain kalimat itu. Dia sudah sangat lelah dengan meeting hari ini dan segala drama di dalamnya.

Sesampainya di hotel tempatnya menginap, Bella lantas merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tubuhnya terasa sangat lelah setelah semua jadwal meeting marathonnya hari ini. Tangannya merogoh isi tas setelah mendengar dering ponselnya kembali berbunyi.

Astrid.

Sahabatnya itu belum menyerah menghubungi setelah puluhan panggilan selalu di tolaknya.

“Gue kan udah bilang, hari ini gue meeting seharian penuh! Bisa nggak sih, enggak ganggu gue dulu.”

Perempuan di sebrang sana terdengar menghela nafas, seolah lelah mendengar keluhan sahabatnya yang bahkan melupakan kalimat sapaan. “Habis dari Surabaya lo kemana?”

“Balik lah!” Bella melepas heels yang sejak tadi mengganggu langkahnya. Memijat pergelangan kakinya yang terasa pegal setelah seharian menemani atasannya berkeliling mencari oleh-oleh.

“Ke rumah?”

Lihat selengkapnya