PawsLova

Regina Mega P
Chapter #4

#4 Ibu

Pikiran dan tubuhnya bahkan sulit untuk tetap sinkron saat mendengar berita dari Astrid. Saat otaknya berpikir bahwa dirinya harus bergegas menghampiri mereka di rumah sakit, tubuhnya melemas. Menolak pergi. Kedua kakinya bahkan sulit digerakan hingga membuatnya jatuh terduduk di belakang pintu. Sementara kedua tangannya, entah harus menggapai apa agar tubuhnya bisa bangkit. Beberapa kali ponsel yang juga terjatuh di hadapannya, berdering. Namun, tak mampu dia raih karena tubuhnya limbung. Pikirannya kemudian berusaha meyakinkan diri kalau semua ini hanya mimpi. Ibu tidak mungkin meninggalkannya secepat ini, bahkan dia belum sempat meminta maf atas kesalahan yang dia lakukan selama ini. Bella juga sudah beli daster dan bucket mawar merah kesukaan Ibunya, dan Ibu belum sempat melihat semua yang sudah dibelinya. Semakin dia meragukan semuanya suasana sunyi di rumah ini seolah memberinya jawaban atas semua keraguannya.

Ibu sudah pergi.

Rumah ini tak akan pernah sama lagi.

Berapapun dia berusaha berpikir bahwa ini semua hanyalah mimpi, Ibu tetap tak akan pernah ada di rumah ini.

“Bella!” Seseorang masuk ke dalam rumah, mendorong pintu paksa lalu menghampiri Bella yang sejak tadi menghalangi pintu dan berusaha membangunkannya.

Bella, melihat wajah seorang wanita yang sepintas mirip Ibunya. Dia lantas tersenyum. Menatapnya dengan genangan di mata yang tumpah ruah. Pikirannya kembali meracau, membuat sosok Ibu seakan ada di hadapannya.

“Ibu.”

Wanita yang sejak tadi membantunya bangun lantas memeluknya erat. “Ini Tante Maya, Bel! Ya Allah, Bel. Sabar, ya. Ibu udah enggak ada!”

“Ardi bohong. Buktinya, Ibu masih hidup–” suaranya terdengar parau hingga tak mampu melanjutkan ucapannya. Bahkan untuk bernapas saja rasanya sulit sekali. Padahal di ruangan sebesar ini hanya ada mereka berdua di sana.

Tante Maya berusaha mengalihkan pikirannya. “Ini Tante, sayang. Tante Maya. Kamu baru pulang, ya? Tadi Ardi telepon Tante untuk ngecek kamu udah di rumah apa belum.” Wajah keduanya memang sangat mirip dan hanya berjarak dua tahun.

Tersadar bahwa yang berada dalam pelukannya bukan Ibu, tubuh Bella kembali melemas. “Ibu, Ibu.” Suaranya nyaris hilang.

“Ayo! Tante bantu kamu ke kamar buat ganti baju, ya.”

Gadis itu menggeleng. “Tante, Ibu masih hidup, kan? Iya, kan Tan. Ardi cuma mau bikin aku menyesal karena udah ninggalin Ibu sendiri di rumah. Ardi bohong, kan Tante. Bilang sama aku kalau Ardi bohong!”

Tante Maya menggeleng. “Ibu udah tenang sama Ayah Haris di sana, ya.” Maya berusaha menguatkannya. Mengusap punggungnya beberapa kali. Namun, Bella tetap menangis, tanpa suara. “Kamu harus kuat, ya sayang! Yang tabah, ya Nak.”

Selang beberapa menit Ardi menelpon ke ponsel Bella. Gadis itu masih sulit melakukan apapun, hingga akhirnya Tante Maya yang mengangkat panggilannya dan menceritakan tentang kondisi Bella yang masih syok. Ardi juga memberitahu bahwa masih ada beberapa berkas yang harus di urus untuk kepulangan Ibunya. Kemungkinan setengah jam lagi, mereka akan sampai di rumah lalu meminta Tante untuk membantu Bella membereskan rumah sebelum mereka datang. Maya mengangguk paham, kemudian kembali menghampiri Bella yang menangis di kamarnya.

Lihat selengkapnya