Pikiran dan tubuhnya terasa sulit untuk sinkron ketika mendengar kabar dari Astrid. Otaknya memerintahkannya untuk segera pergi ke rumah sakit, namun tubuhnya justru melemas, menolak untuk bergerak. Kedua kakinya seolah tak mampu digerakkan, hingga ia jatuh terduduk di belakang pintu. Kedua tangannya berusaha menggapai apapun yang bisa dijadikan tumpuan untuk bangkit. Bahkan ponsel yang berdering beberapa kali di hadapannya, sangat sulit untuk diraihnya.
Ibu enggak mungkin pergi secepat ini. Aku belum minta maaf.
Buah tangan yang dibawanya dan buket mawar merah kesukaan ibunya bahkan belum sempat diberikannya pada Ibu. Semakin dia meragukan kenyataan, suasana sunyi di rumah seakan memberikan jawaban pahit atas keraguannya.
Ibu sudah pergi
Rumah ini tak akan pernah sama lagi.
Berapapun dia berusaha berpikir bahwa ini semua hanyalah mimpi, Ibu tetap tak akan pernah ada di rumah ini.
“Bella! Bel...” Seseorang masuk ke dalam rumah, mendorong pintu paksa lalu menghampiri Bella yang sejak tadi menghalangi pintu dan berusaha membangunkannya.
Bella, melihat wajah seorang wanita yang sepintas mirip Ibunya. Dia lantas tersenyum. Menatapnya dengan genangan di mata yang tumpah ruah. Pikirannya kembali meracau, membuat sosok Ibu seakan ada di hadapannya.
“Ibu.”
Wanita yang sejak tadi membantunya bangun lantas memeluknya erat. “Ini Tante Maya, Bel! Ya Allah, Bel. Sabar, ya. Ibu udah enggak ada!”
“Bohong. Buktinya, Ibu masih hidup–” suaranya terdengar parau hingga tak mampu melanjutkan ucapannya. Bahkan untuk bernapas saja rasanya sulit sekali. Padahal di ruangan sebesar ini hanya ada mereka berdua di sana.
Tante Maya berusaha menyadarkannya. “Ini Tante, sayang. Tante Maya. Tadi Ardi telepon Tante untuk ngecek kamu udah di rumah apa belum.” Wajah keduanya memang sangat mirip dan hanya berjarak dua tahun.
Tersadar bahwa yang berada dalam pelukannya bukan Ibu, tubuh Bella kembali melemas. “Ibu, Ibu...” Suaranya nyaris hilang.
“Ayo! Tante bantu kamu ke kamar buat ganti baju, ya.”
Gadis itu menggeleng. “Tante, Ibu masih hidup, kan? Iya, kan Tan. Ardi cuma mau bikin aku menyesal karena udah ninggalin Ibu sendiri di rumah. Ardi bohong, kan Tante. Bilang sama aku kalau Ardi bohong!”
Tante Maya menggeleng. “Ibu udah tenang, sayang...” Maya berusaha menguatkannya. Mengusap punggungnya beberapa kali. Namun, Bella tetap menangis, tanpa suara. “Kamu harus kuat, ya! Yang tabah, ya Nak.”