PawsLova

Regina Mega P
Chapter #7

#7 Comeback Home

Dokter mengatakan bahwa kondisi fisiknya telah pulih. Meski secara mental dirinya masih dalam kondisi syok dan sangat terpukul. Dokter juga menyarankan untuk konsultasi ke poli psikiatri jika perasaan hati Bella masih juga tidak berubah dalam beberapa waktu. Hal itu jelas ditolak oleh Bella dengan alasan, dia belum membutuhkan bantuan siapapun untuk menyembuhkan luka di hatinya. Walaupun begitu, setidaknya untuk saat ini Bella sudah mau makan saat disuapi oleh Astrid maupun Ardi.

“Dokter jam berapa visitnya? Banyak kerjaan yang harus aku kerjain, nih!” Bella beberapa kali memeriksa jam di ponselnya.

“Jam 2. Tunggu aja, sih.” Ardi yang mulai sibuk dengan laptop di pangkuannya mulai bosan melihat sifat workaholicnya Bella yang sejak pagi sudah mengangkat telpon hampir 20 kali.

Sudah hampir satu minggu juga tidak masuk kerja dan melupakan ponselnya. Dia juga lupa mengabari perihal absennya selama itu ke atasannya. Baru hari ini, Bella memberanikan diri mengabari kondisi dirinya dan keluarga pasca kepergian Ibunya, walaupun harus ikut menyantap beberapa kata kasar yang keluar dari mulut Manoj.

“Saya nggak mau tau, ya! Besok kamu harus datang damping si Dara buat meeting direksi! Kalau sampai enggak datang, saya kasih kamu surat peringatan!”

“Baik, Pak.”

Telepon di tutup.

Pikirannya bahkan belum sanggup memikirkan hecticnya rapat direksi dadakan yang diadakan besok. Dia juga harus mulai menyiapkan laporan dan bahan rapat yang dikirim oleh Dara, rekan kerjanya. Dara bahkan harus menghadapi klien yang tak pernah di temuinya dan harus mengambil alih semua pekerjaan Bella yang terlantar.

“Gue nggak tau mesti ngomong apalagi sama lo. Sumpah! Gara-gara elo, gue harus kerja lembur dan dimarahi habis-habisan sama si botak!” Dara menghubungi Bella tak lama setelah Manoj menutup panggilannya.

By the way, I’m sorry to hear about your loss. Tapi, tetap aja Bel lo mesti professional. Kabarin siapapun yang ada di kantor kalau lo mau ijin!”

“Maaf, Ra. Maaf banget!”

It’s okay! Tapi lo besok harus masuk. Gue nggak bisa ngehandle ini sendiri.”

“Oke, gue masuk besok. Bye!”

Bella menghela napas. Kehilangan Ibu benar-benar membuatnya hilang arah. Bahkan sampai saat ini, rasa bersalah itu tidak pernah hilang dari hatinya. Berkat morning call dari Manoj, Bella mulai sadar bahwa kesedihannya membuat Bella nyaris kehilangan pekerjaan yang selama ini sangat diperjuangkannya. Selain itu, Bella juga mulai berpikir bahwa mungkin jika dia bekerja perlahan dia akan melupakannya rasa bersalah yang membelenggunya selama ini.

“Di marahin atasan?” tanya Ardi, lalu membantunya bangun dari pembaringan.

Bella mengangguk. Lelah rasanya mendengar amukan Manoj meski hanya melalui telepon. “Habis kayaknya aku besok sama atasan.”

Ardi mengusap kepalanya. “Besok aku antar, ya.”

“Hmm.” Bella memang butuh tumpangan untuk sampai dengan cepat ke kantornya, besok. “Kapan balik ke Singapur?”

“Bulan depan. Aku udah ijin cuti sampai akhir bulan ini.”

“Enak banget.”

“Enggak juga. Aku tetap harus ngurusin kerjaan dari rumah.”

“Seenggaknya, lo punya banyak waktu istirahat. Padahal, aku juga masih pengen istirahat.”

Ardi mengambil kopinya yang sudah hampir dingin, di meja. “Jangan maksain kalau belum sanggup. Kamu minta cuti aja.”

Lihat selengkapnya