Sudah hampir tiga hari pasca kejadian anak kucing malang, Ardi mendiamkan adiknya. Sekalipun berpapasan, dia tetap tidak menyapa atau menegurnya. Sesekali Bella sengaja merengek minta dibuatkan apa saja, hanya agar mendapat perhatiannya. Namun, tetap saja, Ardi hanya mengikuti kemauan adiknya lalu mengabaikan lagi setelahnya. Hingga akhirnya, dia menyerah. Tak peduli dengan apapun yang dilakukan Ardi padanya. Keduanya kini saling mengabaikan.
Bella berada di ruangan Manoj kali ini. Menyampaikan laporan perencanaan target produksi untuk periode selanjutnya dan berusaha mengambil hatinya setelah kejadian rapat yang memalukan dan tak pantas untuk diingat, tempo hari. Kali ini, Bella fokus mengerjakannya sendirian. Dara di tugaskan Manoj mengambil alih pertemuan dengan salah satu desainer ternama untuk membicarakan kerjasama pada sebuah acara Festival Fashion Style yang akan di adakan pertengahan bulan depan. Dara cukup cekatan setiap kali mengurus kegiatan semacam ini. Berbeda dengan Bella yang lebih unggul dari segi pelaporan. Manoj sangat memerhatikan keduanya. Dia juga tahu, ada hal yang sedang dikejar Dara saat ini hingga berani menjatuhkan Bella di hadapan para pimpinan. Meski dia tidak menyukai cara Dara dalam mendapatkan keinginannya, namun dia menyukai caranya dalam menghadapi klien dan mengelola acara.
“Oke. Akan saya bawa ke rapat pimpinan selanjutnya.”
Bella tersenyum puas, saat hasil kerjanya dapat diterima dengan baik oleh atasannya. “Terima kasih, Pak.”
“Tolong kamu rekap data pengeluaran bulan ini, ya. Saya tunggu hasilnya hari ini.” Manoj memberikan satu bundle berkas pada Bella untuk di rekap.
“Baik, Pak.”
“Oh, ya. Tolong reservasikan dulu tempat untuk makan siang bersama klien di Restoran biasa.”
“Baik, Pak. Permisi.” Bella bergegas kembali ke ruangannya untuk mengerjakan tugas dari atasannya.
Hari yang sibuk.
Dia bahkan melewati waktu makan siangnya untuk menyelesaikan tugas pengeluaran yang menumpuk.
Dering ponselnya berbunyi. Nama Astrid di dalam layar ponselnya berkedip, Bella lantas mengangkat panggilannya. “Iya, Trid.” Gadis itu sudah menebak arah pembicaraan sahabatnya saat ini.
“Lo balik kapan?”
“Nggak tau, nih! Kenapa?”
“Gue ada di rumah lo, nih. Kalian lagi berantem, ya?”
Bella menarik nafas. Saat ini dia sedang berusaha fokus dengan pekerjaannya dan sedang tidak ingin diganggu dengan hal semacam ini. “Gue lagi kerja, Trid. Bisa nggak, jangan ngebahas itu sekarang?”
“Balik jam berapa lo?”
“Biasa! Kenapa, sih?”
“Gue mau ngajak elo dinner bareng kita.”
“Males, ah! Si Ardi masih nyuekin gue.”
“Makanya gue mau ngajak lo dinner, biar kalian akur! Pada mikir nggak, sih. Kalian, tuh tinggal berdua. Masa, iya musuhan ampe berhari-hari gini?”
“Lo tanya laki lo! Gue, udah minta maaf, ya. Ampe ngebelain megang bangke kucing, lho! Kurang apa coba gue.”