PawsLova

Regina Mega P
Chapter #12

#12 Shelter

Keesokan harinya, Bella di sibukkan dengan beragam pertemuan dengan klien mendampingi Manoj. Sekadar makan siang di restoran langganan, mengobrol tentang perusahaan dan produk yang dihasilkan, sampai akhirnya mereka menunjukkan ketertarikan untuk bekerjasama dengan perusahaan. Kali ini, Bella tidak mempresentasikan apapun kepada klien. Dia hanya duduk manis, mendengarkan, ikut tertawa jika salah satunya melemparkan lelucon garing ala bapak-bapak dan mencatat hal-hal penting yang akan menjadi bahan di rapat akhir bulan ini. Perusahaan saat ini sedang berada di atas awan. Di mulai dengan saham yang terus naik hingga berhasil melakukan Kerjasama dengan perusahaan besar di beberapa Kota, membuat Manoj menjanjikan akan mengajak para karyawannya liburan bersama ke Phuket, akhir tahun ini.

Tentu saja, bonus juga akan mengalir ke rekening Bella sebagai karyawan yang berhasil menggaet perusahaan besar di Surabaya, bulan kemarin. Sekalipun dia di jatuhkan di depan banyak pimpinan oleh rivalnya, tetap saja perusahaan mendapatkan banyak keuntungan dari hasil kerja kerasnya dan hal itu, tidak terlalu berpengaruh kepada perfoma Bella di hadapan pimpinan.

“Bel, saya dapat informasi kalau rekapan yang kemarin kamu buat ada selisih. Kok, bisa?” Belum satu jam mereka sampai ke kantor setelah pertemuan dengan klien, ada saja masalah yang membuat Bella harus melihat kerutan di kening atasannya.

Bella terkejut. Bagaimana bisa data itu langsung ada pada Manoj tanpa melewati dia terlebih dahulu untuk di cek ulang kelayakannya. “Saya sudah menghitung sesuai dengan berkas yang Bapak kasih dan nggak ada yang selisih, Pak.”

Manoj memberikan satu bundle berkas keuangan yang sudah diperiksa oleh tim finance. “Kamu cek lagi semuanya! Kalau kerjaan kamu sudah benar, berkas ini tidak akan di kembalikan!”

Tanpa pikir panjang, Bella lantas mengubungi salah satu tim finance yang bertanggung jawab atas berkas yang tiba-tiba muncul di ruangan atasannya. “Mas Pram, kok berkas yang di kembalikan langsung ada di Pak Manoj? Kenapa nggak lewat saya dulu? Kalau memang ada kesalahan perhitungan, kan bisa langsung saya kerjakan tanpa perlu Pak Manoj tau!”

“Lho, lho! Saya simpan di meja kamu, kok Bel. Sumpah! Kok, bisa ada di Pak Manoj, ya? Lagian selisihnya juga ndak seberapa, sih. Cuma, ya tolong di rapikan lagi aja,” jelas Pramana dengan logat khas Jawa Timurnya yang kental.

Bella menghela nafas. Keningnya sesekali dia pijat saat pening mulai datang. “Ya, masa berkasnya terbang sendiri ke ruangan Pak Manoj, sih Mas!”

“Jangan marah ke aku, lho Bel. Aku ndak salah, toh! Coba kamu tanya Dara. Barangkali dia tau. Kan, seharian ini dia yang gantiin kamu di kantor.”

“Ya, udah. Makasih, ya Mas. Maaf, ya saya marah-marah.”

“Iya, ndak apa-apa. Aku maklum, kok! Kamu juga pasti di marahi sama Pak Manoj, kan! Yang sabar, ya.”

Bella menutup sambungan teleponnya. Setelah mendengar nama Dara di sebut, dia tak ingin lagi mencari tau bagaimana berkas itu bisa ada di meja atasannya. Sudah bukan hal aneh, ada berkas terbang langsung melewati mejanya menuju ke ruang Manoj. Sebelumnya, beberapa berkas yang belum dia selesaikan tiba-tiba berada di mejanya dengan sticky note berisi kata-kata bertanda seru, dengan tulisan sambung yang sangat dikenal. Setelah dicari tahu siapa yang melakukan hal itu, jelas nama Dara ada pada daftar paling atas sebagai terduga. Lalu, saat di konfirmasi dengan polosnya dia hanya akan berkata “kirain udah selesai. Si botak udah nanyain mulu, jadi gue kasih aja ke dia.” Lalu saat Bella memarahinya, perempuan picik itu akan bilang “ya, maaf. Gue, kan nggak tau.” Sungguh, kata-kata menyebalkan yang paling dia benci keluar dari mulut berbisanya.

Pukul 4 sore. Bella sudah memastikan bahwa berkas revisian sudah benar dan di tanda tangani ulang oleh Manoj.

“Kamu butuh cuti? Kerjaan kamu berantakan sekali akhir-akhir ini!”

Tentu saja, dia butuh. Tapi, kalau dia cuti saat kondisi dia dan rekan kerjanya seperti ini, dia khawatir akan ada banyak masalah yang menghampiri saat dia masuk nanti. “Maaf atas kelalaian saya, Pak.”

“Iya, kamu lalai! Hal sepenting ini bisa membuat kita semua di pecat kalau kamu tidak benar mengerjakannya!”

“Saya minta maaf, Pak.”

“Ya, sudah!” Manoj melambaikan tangan, menyuruh Bella keluar dari ruangannya.

Lihat selengkapnya