PawsLova

Regina Mega P
Chapter #13

#13 Dina

Selama perjalanan pulang, baik Bella maupun Ardi tak saling berbicara satu sama lain. Terlebih Bella. Setelah menangis kembali saat ingatan tentang Ibu hadir, kepalanya terasa berat lengkap dengan sembab yang membuat matanya sulit terbuka lebar. Keputusan mereka mendatangi Yayasan membuat keduanya merasa bangga memiliki seorang Ibu penyayang seperti Dina. Namun, saat menyadari bahwa salah satu di antara mereka harus ikut mengurusi segala yang Ibu tinggalkan, ada sesuatu yang mengganjal dalam hati mereka. Mereka belum mampu melakukan sebaik yang Ibu lakukan selama ini. Apalagi saat mengetahui alasan demi alasan yang di ceritakan Abas -salah satu pria yang mengantar mereka tadi, yang akhirnya membuat Ibu nekat mendirikan Yayasan Penampungan Hewan. Abas juga menceritakan awal pertemuan mereka, hingga akhirnya Ibu mengajaknya bekerjasama mendirikan Yayasan.

 

"Kami bertemu saat sama-sama menemukan kucing tertabrak, tepat di hadapan kami. Waktu itu, saya lihat Bu Dina lagi street feeding sementara saya baru pulang kuliah.”

“Street Feeding? Ibu saya?”

“Iya, Mas. Ngasih makan kucing jalanan depan gerbang komplek perumahan Griya sampai ke jalan besar,” ucapnya dengan senyum heran saat melihat Ardi terkejut dengan ceritanya.

“Lanjut-lanjut!”

“Saya kaget! Bu Dina berani menghadang si penabrak sendirian waktu itu. Wah! Ekspresinya waktu itu, bikin saya takut juga. Padahal wajahnya kelihatan lembut tapi kalau marah serem.”

Ardi ikut tertawa. Di kepalanya kini muncul wajah Ibu saat memarahinya dulu. Memang terkesan menyeramkan. Tapi, kini dia merindukan amarahnya.

“Karena takut dikasarin sama yang nabrak, saya buru-buru nyamperin buat melerai mereka. Terus kita sama-sama bawa kucing itu ke klinik hewan, yang sekarang jadi klinik rekanan Yayasan.” 

Senyuman di bibirnya masih terlihat saat mengingat kenangannya bersama Ibu. Baginya, Bu Dina sudah dia anggap seperti Ibunya sendiri dan menjadi satu-satunya alasan, dia bisa bertahan kuliah sampai tahap akhir.

"Setelah kejadian itu, kami bertukar nomor ponsel untuk tetap komunikasikan kucing yang sudah kami rawat. Bu Dina rajin banget ngasih kabar perkembangan kucing itu sama saya. Sampai suatu hari, saya posting status WA bantu jual tanah punya Om saya. Nggak lama, Bu Dina japri katanya mau ngcek tanah yang saya jual buat Penampungan Hewan.”

“Kok, bisa ya Ibu random banget mau bikin Shelter?”

Lagi-lagi Abas terlihat heran dengan pertanyaan yang di ajukan Adri padanya. “Masnya beneran nggak tau apa-apa tentang Bu Dina, ya?”

Wajahnya tersipu. “Saya kerja di Luar Negeri, Mas. Jadi Bang Toyib!” Ardi menunduk, malu. “Saya benar-benar nggak tau kegiatan Ibu selama ini apa. Ibu juga nggak pernah cerita apapun ke saya. Cuma memang, beberapa bulan lalu, saya pernah lihat Ibu di kelilingin banyak kucing pas video call. Saya pikir, ya itu di rumah aja. Karena memang Ibu pelihara banyak kucing juga di rumah.”

Abas kemudian menunjukkan batasan bangunan Yayasan. “Dulu cuma sampai segini, Mas luas tanahnya. Karena Om saya lagi butuh uang, dia jual lagi sisanya. Untungnya waktu itu kasus kucing sakit lagi nggak terlalu banyak, jadi uang dari donatur di tambah uang pribadinya Bu Dina, dipakai untuk beli tanah sisanya. Jadilah sebesar ini!”

Lihat selengkapnya