PawsLova

Regina Mega P
Chapter #14

#14 Abas

“Pagi.”

Bella keluar dari kamar. Sapaan Ardi membuatnya terkejut. Namun, tak bisa di pungkiri hal sekecil itu mampu membuat moodnya kembali naik setelah perdebatan di dalam mobil, kemarin.

“Pa... pagi,” jawabnya, lalu mengambil air mineral dari dalam kulkas.

Ardi mengambil kopi yang tadi di seduhnya dan membawanya ke teras. Wajahnya tak lagi dingin seperti saat mendiamkan Bella, tadi malam. Dia tampak lebih normal seolah tak ada masalah yang menimpa mereka.

“Makan, yuk!” Ardi mengambil kotak kue berisi makanan kucing yang ada di samping rumahnya. Sengaja dia simpan di sana agar dia tidak repot mengambilnya dari tempat lain. Induk dan anak kucing korban kekejaman adiknya waktu itu akhirnya di pelihara oleh Ardi sebagai ganti kucing peliharaan Ibunya yang sebagian ada di Yayasan. Kehadiran mereka membuatnya kembali bersemangat saat menetap di rumah ini.

“Makan yang banyak, ya.”

Seseorang ikut berjongkok di sampingnya. Membuat Ardi terkejut sekaligus heran. Dan yang lebih mengherankan lagi adalah, saat salah satu anak kucing berwarna oranye dan hitam di dekapnya sambil sesekali menggelitik perutnya. Ardi menatapnya lekat. Berusaha percaya bahwa apa yang dilihatnya adalah hal yang nyata.

“Apa, sih? Biasa aja kali!”

Lelaki itu tertawa. Senang sekali rasanya, melihat adiknya kembali menjadi dirinya yang paling dia rindukan. “Nggak salah? Udah nggak gatel-gatel?”

“Apaan, sih!” keduanya tertaawa.

“Apa yang bikin kamu mau damai sama rasa benci kamu sendiri?”

Bella mengusap kepala anak kucing itu, lantas membantu memberinya makanan yang sudah di sediakan Ardi. “Enggak tau. Enggak usah dibahas.”

“Oke, oke! Kalau sampai berubah pikiran, repot lagi nanti.”

Keduanya masih berada di samping teras rumah sedang mengajak para kucing bermain bersama. Ardi berharap kehadiran mereka juga dapat membuat Bella setidaknya tidak merasa kesepian di rumah, selama dia pergi.

“Kak. Kapan balik kesana?”

Ardi mengambil seutas tali, kemudian mengikat ujungnya untuk di jadikan alat permainan. “Tadinya mau hari ini. Tapi enggak ada yang bantuin packing, jadi besok, deh!”

“Manja!”

Ardi tersenyum. “Ya, kan mau pergi jauh.”

Biasanya, setiap kali Ardi akan kembali ke pekerjaannya, Ibu dan Bella selalu antusias membantunya menyiapkan segala keperluan. Terutama Ibu. Ardi akan di bekali berbagai macam bumbu instan merk lokal sampai camilan dan kerupuk mentah yang akan dia goreng di sana. Semalam dia sudah menyiapkan segala keperluannya untuk pergi hari ini. Pakaian dan peralatan lainnya yang akan dia bawa sudah masuk ke dalam koper. Namun, dia membatalkan rencananya hari ini karena keduanya masih saling mendiamkan semalaman. Dan hal menganggu itu jelas akan dia bawa sampai ke pekerjaannya. Maka dari itu, hari ini dia mencoba mengambil hatinya untuk berbaikan seperti biasa, agar bisa tenang saat berjauhan dengannya.

“Mau aku bantuin?” tanya Bella, fokusnya masih kepada anak kucing dalam dekapannya. Namun pikirannya melayang, memikirkan bagaimana hidupnya tanpa Ardi.

“Nggak usah. Udah di packing semua. Oh, ya…” Ardi menyudahi kegiatannya, kemudian mendekati adiknya. “Kakak udah minta tolong Abas untuk bantu urusin surat-surat Ibu. Untungnya dia mau. Jadi, kalau nanti dia minta berkas-berkas Ibu, kamu kasih, ya.”

Good!” ucapnya bersemangat. “Kan enak kalau gitu. Aku bisa fokus kerja, Kakak juga.”

Lihat selengkapnya