PawsLova

Regina Mega P
Chapter #16

#16 Oranye

Bella masih menangis di dalam ruang pemeriksaan. Hampir setengah jam lamanya, setelah dokter hewan memastikan kalau kucing yang dibawa akhirnya meninggal dunia akibat cedera di bagian kepala dan dadanya. Petugas yang ada disana bahkan sedikit kesulitan menguburkan kucing karena Bella masih mendekapnya erat.

Tak lama, Abas datang menemui mereka di klinik setelah dokter mengubunginya. Berharap lelaki itu setidaknya dapat menenangkan Bella yang kalut.

“Udah berapa lama dia begini, Dok?”

Dokter malah balik bertanya pada asistennya. “Berapa, sih? Setengah jam ada?”

“Iya, Dok. Kisaran segitu. Kita mau nguburin kucingnya susah karena di dekap terus.”

Abas menghela nafas. Dia sendiri bingung harus melakukan apa saat melihat perempuan itu menangis. Apalagi, dia juga belum lama mengenal Bella. Membuatnya sedikit canggung untuk membujuknya.

“Mbak, mbak. Udah, ya. Kucingnya mau dikubur. Kalau kelamaan takut keburu bau, Mbak.”

Bella tak menggeleng. Tak menggubris permintaan Abas padanya. Dia masih menangis, lagi-lagi menyesali perbuatannya yang tidak cepat tanggap. Andai saja dia tidak menunggu kedatangan dokter dan memilih untuk segera membawanya ke klinik, mungkin nyawanya masih bisa tertolong.

“Mbak, semua yang ada di sini udah berusaha yang terbaik untuk menyelamatkan kucingnya. Tapi Tuhan lebih sayang dia. Mungkin memang ini yang terbaik untuk dia. Ikhlaskan, ya Mbak. Biar kucingnya kami kubur dengan layak.” Perlahan Abas mengambil kucing itu dari dekapannya. Lalu memberikannya pada petugas klinik untuk segera di kuburkan.

“Sabar, ya Mbak.”

Bella mengangguk, lalu mengikuti petugas ke halaman belakang untuk menguburkan kucing. Sebelum dikuburkan, petugas mulai menyiapkan air untuk membersihkan dahulu kucing itu dari darah yang memenuhi tubuhnya. Bahkan mereka menggunakan sabun agar bulunya terlihat benar-benar bersih dan wangi. Setelah selesai, petugas lainnya sudah menyiapkan kain putih untuk membungkus tubuh kucing tersebut kemudian bersiap untuk menguburkannya di halaman belakang klinik. Semua mereka lakukan dengan sangat hati-hati. Mereka benar-benar menghargai nyawa sekalipun hanya dari makhluk kecil.

“Buat kami, semua yang bernyawa punya hak untuk diperlakukan dengan baik. Dan saat mereka mati, kami juga akan memperlakukannya sebaik mungkin.”

Bella mulai tenang saat melihat seluruh prosesi penguburan kucing itu. Padahal belum dua puluh empat jam bertemu dengannya, tapi dia merasa sangat sedih saat akhirnya dia meninggal.

“Udah mulai tenang, Mbaknya. Saya ada seragam klinik yang masih baru. Sementara boleh Mbak pakai untuk ganti baju Mbak yang kotor karena darah.”

“Makasih banyak, ya Dok. Saya minta maaf karena sudah banyak merepotkan hari ini.”

Dokter tersenyum. “Nggak apa-apa, Mbak. Saya yang harusnya banyak terima kasih sama almarhum Ibunya Mbak. Beliau banyak bantu saya untuk mengembangkan klinik.”

“Kalau itu makasihnya sama Ibu saya. Saya ngga tau apa-apa.”

“Nggak apa-apa. Mbaknya sebagai perwakilan. Saya menyesal karena nggak sedari awal bilang terima kasih.” Dokter kemudian memberikan seragam oka berwarna ungu dengan motif kepala kucing yang lucu, pada Bella. “Ini. Kamar mandinya sebelah kiri.”

Lihat selengkapnya