PawsLova

Regina Mega P
Chapter #21

#21 Tuesday

Tuesday hectic. Baru sehari Bella tidak masuk kerja, berbagai macam laporan, rekapan data, agenda rapat dan pertemuan dengan tender membuatnya kelimpungan. Satu persatu Bella mencoba selesaikan bersama deadline materi rapat yang sudah ditunggu oleh Manoj. Atasannya bahkan tidak lagi berbasa-basi bertanya tentang ketidakhadirannya kemarin. Bella langsung diberondong berbagai laporan tutup buku akhir bulan ini.

Bella mendatangi ruang atasannya setelah power point rapat hari ini berhasil dia selesaikan tepat waktu. Wajahnya terlihat kusut dengan rambut dikuncir seadanya. Bella bahkan melupakan jam makan siangnya, padahal sejak pagi dia belum sempat sarapan karena sibuk memberi makan Mili dan keluarganya. Dan siang ini perutnya terus bergemuruh minta di isi apa saja, untuk mengganjal perut sampai sore nanti. Sayangnya waktu rapat sudah terlalu mepet, membuatnya tak sempat menyantap apapun.

“Udah kamu siapkan semuanya?”

“Sudah, Pak!”

Manoj langsung menuju ruang rapat, sementara Bella mengekor di belakangnya. Sejak pagi, Bella bahkan tidak melihat keberadaan rivalnya. Biasanya meskipun ditugaskan keluar oleh atasannya, perempuan itu selalu menyempatkan diri datang ke kantor hanya untuk memamerkan pekerjaannya pada Bella, lalu pergi setelah merasa puas. Tapi hari ini, batang hidungnya bahkan tak terlihat sama sekali.

Satu persatu peserta rapat mulai berdatangan. Wajah mereka terlihat serius dengan garis di dahi yang terlihat jelas. Bella agak heran karena materi yang dia buatpun hanya beberapa data-data tender yang memang akan memulai kerjasama dengan perusahaan dan beberapa data lain terkait kenaikan bahan baku. Kenaikannya pun masih dibilang wajar dan tidak terlalu mempengaruhi produksi. Tapi, melihat wajah mereka yang tegang, membuatnya ikut merasakan kengerian rapat hari ini.

Rapat dimulai lima menit kemudian. Bella berusaha memerhatikan dengan seksama. Dia tidak ingin melakukan kesalahan. Membayangkan setiap orang akan memarahinya setelah dia berjuang melupakan tamparan dari seorang klien, membuat beban hidupnya seakan bertambah berkali-kali lipat. Namun, saat Bella datang, tak ada satupun dari mereka yang membahas hal itu. Apa mungkin, tak ada yang tau kejadian itu selain dirinya, si desainer dan asistennya? Lagipula, suasana usai rapat saat itu memang sepi. Bella sempat khawatir seseorang akan iseng memeriksa cctv dan menunjukkanya ke semua karyawan, hingga atasan. Namun jika hal itu terjadi, Manoj pasti sudah menegurnya dan bertanya alasan yang membuat desainer itu menamparnya.

Dua jam berlalu, rapat sudah usai menyisakan ramah tamah dengan karyawan dan pimpinan perusahaan. Bella mulai menyalin notulen yang sudah dibuat untuk dilaporkan pada atasannya. Sebelum berkutat dengan laptopnya, Bella membuat segelas kopi hitam tanpa gula, agar tidak terhindar dari kantuk yang mulai mendera.

“Bella jadi artis, lho sekarang,” ucap seorang rekannya yang mengikuti rapat.

Bella melirik ke arah sumber suara. Seorang pria yang menjadi staf CFO memerhatikannya dengan wajah meremehkan.

“Kayaknya kemarin nggak masuk persiapan buat klarifikasi sama wartawan, nih!” Staf itu tertawa meski tak ada satupun dari pimpinan yang ikut tertawa bersamanya.

Bella masih belum paham alur percakapan tersebut. “Saya kebetulan kemarin memang lagi ada keperluan aja. Bukan buat apa-apa, Pak.”

Pria yang bertanya padanya tersenyum sinis. Membuat Bella semakin tak paham dengan masalah yang menimpa dirinya.

“Seorang karyawan perusahaan textile di daerah Jakarta melabrak desainer ternama hanya karena kucing. Diketahui karyawan tersebut bekerja sebagai sekertaris, bernama Bellevania…”

Lihat selengkapnya