PawsLova

Regina Mega P
Chapter #29

#29 Case 2

Abas dan Bella sampai di lokasi kejadian. Beberapa orang masih berkumpul di rumah pelapor untuk melihat kondisi kucing yang terluka di bagian mata dan kakinya. Seorang wanita terlihat tengah membebat luka di bagian kaki agar darah dari lukanya tidak banyak keluar. Sementara beberapa warga lain tengah menggali tanah untuk menguburkan kucing yang kembali di temukan mati akibat di tembak oleh seorang warga yang merasa terganggu dengan kehadiran kucing di lingkungannya.

“Permisi, kami dari Shelter Tanpa Tuan…”

“Oh, iya Mas Abas, ya?”

Abas mengangguk. Kemudian seorang pria mempersilakannya untuk lebih mendekat ke tempat dimana kucing yang masih hidup berada.

“Ini, Mas kucing yang di tembak. Kita udah berusaha ngebalut lukanya biar darahnya nggak makin banyak.”

Abas kemudian memeriksa kondisi kucing, lalu mengambil gambar dan mengirimkannya pada Indra. “Ini kucing liar, Pak?”

“Iya, Mas! Biasanya kucing ini berkeliaran di lingkungan sini dan kita suka ngasih makan juga, karena dia suka nangkepin tikus di sekitar sini. Pernah juga dia bawa ular mati terus di taro di depan saya. Mungkin maksudnya minta di urusin kali, ya. Dia kucing pintar, Mas! Makanya kita nggak tega lihat dia kayak gini, tapi kita juga bingung harus gimana.”

“Udah berapa kucing yang di tembak, Pak?”

“Ada sekitar lima, Mas. Tapi cuma kucing ini yang masih hidup, yang lainnya mati. Barusan juga kita nemu lagi bangkai kucing yang mati, total jadi 6 yang ditembak dan 1 yang hidup.”

“Apa alasan iblis itu nembak kucing?” Bella tak sanggup lagi menahan emosinya.

“Hush! Tenang dulu.” Abas berusaha menenangkan saat melihat emosi Bella yang meledak. Padahal dalam hatinya, dia sudah ingin mencengkram iblis itu dan memberinya efek jera. Kalau bisa, nyawa dibayar nyawa dengan cara yang sama. Tapi, hal itu jelas hanya ada dalam pikirannya saja. Sekuat apapun dia berusaha untuk memberinya efek jera, tetap saja ada hukum Negara yang lebih berwenang. Ya, meskipun hukum di Negara ini belum benar-benar mampu memberi efek jera kepada pelaku animal abuse.

“Katanya, sih karena ada salah satu kucing yang ngambil burung peliharaannya. Awalnya satu kucing yang ditembak dan mati. Tapi makin kesini, kok malah jadi sering!” ujar pelapor.

“Ada satu yang paling kita sesalkan Mas, Pak RT seolah nggak mau ikut campur masalah ini. Memang sih, orangnya agak temperamental. Dulu pernah ribut sama Pak RT, jadi Pak RT males nanggepin orang itu. Kita juga nggak berani ngadepin dia, karena punya senjata,” jelas warga lainnya.

“Astaga! Kok, gue gemes sih, Bas sama orang itu! Ayo buruan datengin!”

Abas menarik tangan Bella yang hendak pergi, menahannya agar tidak terlalu larut dalam emosinya. “Tunggu, Mbak! Fokus sama kucingnya dulu. Keselamatan mereka lebih utama!” Abas lantas meminta tolong wanita yang saat ini masih menjaga kucing tersebut untuk memasukkannya ke dalam pet cargo yang sudah disiapkan, di sampingnya.

“Gini aja, saya bawa dulu kucing ini ke dokter hewan buat diperiksa. Saya minta tolong sama Bapak untuk ngumpulin bukti foto atau rekaman saat dia beraksi. Setelah saya selesai ngurusin kucingnya, saya balik lagi kesini. Kita datangi bareng-bareng orang itu!” Abas mengambil ponselnya saat deringnya terdengar.

Dari Indra yang menyuruhnya untuk segera membawa kucing itu ke tempatnya.

“Baik, Mas! Walaupun memang dia melakukannya ke kucing, tapi kami juga agak takut semakin lama dia berani melukai hewan ternak bahkan warga di sini. Kita sih ngiranya mungkin ada kelainan jiwa. Tapi, kita juga nggak paham, sih! Keluarganya juga menutup diri pasca kejadian ini, karena mungkin takut di tegor warga.”

Setelah selesai memasukkan kucing tersebut ke dalam pet cargo, Abas lantas berpamitan pada warga yang masih berkumpul untuk bergegas menuju klinik yang sudah dia hubungi sebelumnya.

Sepanjang perjalanan Bella seolah dejavu. Dia kembali harus berurusan dengan kucing berlumuran darah dalam dekapannya. Pikirannya kini tak bisa tenang, tapi sebisa mungkin tidak membuat panik hingga merepotkan Abas. Melihat Abas yang sejak tadi menahan emosinya, membuatnya sedikit mampu menahan diri. Tapi, menyadari bahwa pekerjaannya akan sangat sulit, sedikit membuatnya tak yakin bahwa dirinya mampu menghadapi setiap kasus yang terjadi.

Sesampainya di klinik, Abas mengambil pet cargo dalam genggaman Bella lantas bergegas masuk ke dalam dan bertemu Indra di sana, meninggalkan Bella yang masih terpaku di motor. Jantungnya tak henti berdebar. Tremor di tangannya tak mau berhenti. Bella mulai merasa ketakutan setiap kali mendatangi tempat ini. Pikirannya mulai kacau. Bagaimana jadinya jika dia harus melihat kucing yang berusaha dia selamatkan tak mampu bertahan karena luka yang dideritanya. Bella bahkan tak sanggup membayangkan hal itu terjadi lagi hari ini.

Lihat selengkapnya