PawsLova

Regina Mega P
Chapter #31

#31 Cats and Bella

Sarapan kali ini Bella lebih banyak diam, tidak sepeti biasanya yang selalu bersemangat karena akan segera berkunjung ke shelter. Beberapa kali dia hanya menyesap teh manis hangat yang dibuatkan Astrid, hingga tersisa setengah tanpa menyantap nasi goreng telur yang ada di hadapannya. Matanya lurus ke arah luar jendela, dengan cuaca yang mulai menyengat. Padahal baru pukul tujuh pagi, tapi matahari sudah sangat bersemangat menyemarakkan hari. Saat makan bersama Indra semalam, Bella sedikit meragukan dirinya akan mampu membangkitkan jika Abas benar-benar memilih pergi mencari pekerjaan lain di luar shelter. Apalagi, saat menyadari bahwa perjuangan Abas menjaga mereka dengan sepenuh hati, sampai mau berurusan dengan aparatur Negara. Sementara, jika Abas pergi nantinya apa yang harus dia lakukan jika ada kucing lain yang membutuhkan pertolongan dan keadilan seperti saat ini?

Ucapan Indra semalam padanya, terus terngiang dalam pikiran. Bahkan daging yang baru saja Bella panggang, rasanya tak lagi menggugah selera.

“Shelter akan sulit berjalan tanpa Abas sepeninggal Bu Dina. Kalau Abas juga pergi, kamu yakin bisa menggantikan posisi keduanya?”

“Itu berarti aku harus pertahankan Abas tetap di shelter?”

“Kamu nggak ada hak untuk memaksa dia bertahan di sana. Abas itu kalau sudah punya keinginan, dia akan melakukan apapun untuk mencapai keinginannya. Sesulit apapun! Jadi, aku rasa sekuat apapun kamu berusaha mempertahankan dia di shelter, Abas tetap bakal pergi.”

“Terus aku harus gimana?”

Indra memerhatikan Bella cukup lekat. Berusaha meyakinkan seseorang di hadapannya untuk mampu berdiri sendiri. “Kamu harus yakin, kalau kamu bisa melakukannya sendiri, Bel. Shelter saat ini menjadi tanggung jawab kamu, sepeninggal Ibu.”

Bella menelan saliva. Gugup di hatinya kembali terasa. Dia bahkan kembali meragukan dirinya sendiri saat itu. Namun, diantara gelisah yang dirasakannya, Bella melihat seulas senyum yang sedikit banyak berpengaruh pada rasa percaya dirinya saat ini.

“Abas mungkin nggak akan sefokus sekarang untuk shelter, tapi dia pasti akan bantu kamu kalau kamu butuh bantuan. Aku juga akan tetap ada di belakang untuk support kamu. Jangan khawatir! Sesulit apapun, jangan pernah sungkan untuk meminta bantuan.”

“Lihat perjuangan Abas saat ini saja kayaknya berat banget, ya ngurus shelter tuh! Tapi aku rasa nggak ada salahnya buat aku coba juga. Aku akan berusaha semampuku untuk tetap jaga dan rawat shelter!”

Meski pada akhirnya, ada secercah harapan untuknya bisa memulihkan rasa percaya dirinya. Namun, hal tersebut tetap membuat matanya sulit terpejam semalaman, memikirkan bagaimana nasib shelter kedepannya.

“Woy!” Astrid menepuk bahu Bella, membuat gadis itu terkejut dan nyaris menjatuhkan gelas yang sedang digenggamnya.

“Sialan!”

“Ngelamunin ape, lo? Masih pagi, nih! Eh, semalam kok balik sama Indra?”

“Abas belum selesai, dia sengaja telpon Indra buat jemput gue.”

Astrid mengangguk paham. Semalam saking ngantuknya, dia tidak sempat membukakan pintu rumah untuk Bella. Untungnya, Bella selalu membawa kunci cadangan kemanapun dia pergi.

“Terus kenapa lo jadi ngelamun gini?”

“Gue mikirin nasib shelter kalau Abas pergi. Gue mana berani bikin laporan ke polisi kayak yang dia lakuin sekarang! Masuk ke dalam ruangan penyidik aja semalam, gue nggak berani.” Bella menghela nafas. Mengingat keberaniannya langsung menyusut saat di polsek kemarin terasa memalukan.

“Pelan-pelan. Semuanya juga butuh proses. Mungkin awal-awal Abas juga sama kayak lo. Tapi makin kesini, makin banyak pengalaman, keberanian dia juga makin terasah. Lagian, Abas juga nggak akan benar-benar ninggalin shelter, kan! Dia tetap akan bantu saat shelter butuh bantuan dia.”

Bella mengangguk paham.

“Dan lo juga jangan ngerasa sendirian. Kita pasti bantuin, kok saat lo butuh bantuan.”

Sudut bibirnya mulai terangkat naik. Satu hal yang harus Bella yakini bahwa dia tidak akan pernah merasa sendiri.

“Jadi pergi ke shelter?”

“Iya. Gue mau mandi dulu. Lo nggak ada jadwal ngajar hari ini?”

“Ada. Cuma siang. Jadi, gue pergi agak siangan. Eh, iya gue ada rencana bawa anak-anak buat study lapangan ke shelter. Sekalian buat mengenalkan anak-anak rasa welas asih pada hewan, bisa?”

Bella menangguk. “Bagus, tuh! Kapan?”

“Masih di jadwalin, sih. Kalau udah fix gue kabarin lo.”

Lihat selengkapnya