PawsLova

Regina Mega P
Chapter #32

#32 Overthinking

Indra dan Bella belari beriringan di lorong Rumah Sakit mencari kamar rawat yang ditujukkan oleh resepsionis. Di sepanjang perjalanan, Bella terlihat merutukki dirinya sendiri yang tidak ikut membantu Abas hari ini. Indra menceritakan kejadian yang di alami Abas secara detail. Bahwa Abas terkena luka tembak saat hendak memdampingi polisi menangkap pelaku. Kejadiannya cukup rumit. Pelaku dan keluarganya tidak terima atas penangkapan yang dilakukan polisi pada pelaku. Begitupun ketua RT yang merasa keberadaannya dilangkahi oleh warga dan pihak shelter. Padahal sejak awal, dengan tegas ketua RT setempat tidak ingin ikut campur dalam masalah ini. Nyatanya saat penangkapan dilakukan, pria tersebut malah mengatakan hal yang sebaliknya. Membuat keadaan saat itu cukup rumit. Apalagi keduanya lantas menyalahkan shelter sebagai pihak luar yang menurutnya tidak tahu akar masalahnya, ikut campur dalam masalah ini.

Sayangnya saat polisi menggiring pelaku menuju mobil, istri pelaku histeris dan berhasil melepaskan genggaman polisi hingga membuat pelaku melarikan diri. Sempat terjadi kejar-kejaran antara pelaku dan polisi hingga akhirnya, saat pelaku merasa terpojok dia mengambil senapan angin yang dipakai sebagai alat menyakiti para kucing dan menembaknya ke sembarang arah. Sial, peluru itu malah menyasar ke arah Abas dan melukai lengan sebelah kiri. Polisi lantas mengeluarkan pistol sebagai pertahanan diri dan pelaku berhasil di tangkap saat dirinya lengah ketika menyadari peluru yang dia arahakan mengenai seseorang. Sementara para warga membawa Abas ke tempat yang lebih aman sambil menunggu ambulan datang.

           

Pintu ruangan terbuka lebar. Bella dan Indra langsung menghambur mengampiri Abas dan Bagus yang sedang duduk di atas brangkar dengan lengan dibalut perban.

“Kok, bisa?” Pertanyaan pertama yang meluncur begitu saja dari mulut Bella.

Abas hanya tertawa melihat kepanikan di wajah Bella. Sementara Bagus memberi jarak agar keduanya bisa berada lebih dekat.

“Lo kenapa nggak ngabarin gue, sih kalau mau pergi? Kan gue bisa ikut nemenin!”

“Nanti kalau Mbak yang kenapa-napa, saya abis dimarahin Bang Indra! Lagian lukanya biasa aja, nggak terlalu parah. Nanti juga sembuh.”

“Pelaku gimana, Bas?”

“Udah ditangkap, Bang! Untungnya, dia nembak saya. Gara-gara ini tuntutannya bakal lebih berat.”

“Ya, nggak gitu juga. Kalau sampai bagian vital yang kena tembak, gimana? Untung cuma lengan!” Bella menimpali.

“Ya, untungnya cuma lengan, Mbak. Jadi nggak apa-apa.”

Melihat raut khawatir masih juga memenuhi wajah Bella, membuat Abas merasa tak enak hati. Abas kemudian berdiri dihadapan Bella untuk membuktikan bahwa dirinya baik-baik saja. Tangannya terangkat dan menyeka keringat yang mengucur dari kening Bella. Sesekali dia mengusap rambutnya yang sedikit berantakan. Rasanya, perasaan yang dirasakan Abas untuk Bella terasa begitu besar. Hingga sulit rasanya menahan gejolak yang selama ini terpendam dalam dirinya.

“Makasih, ya udah khawatir. Saya nggak apa-apa, kok!”

Bella hanya mengangguk, kemudian berusaha menghindar dari sikap Abas yang tiba-tiba membuatnya sedikit kikuk. Meski pada akhirnya, sikap Bella malah membuat suasana berubah canggung.

Sementara Abas sedikit terkejut saat menyadari respon Bella malah sebaliknya. Dalam pikirannya, dia lantas meurutuki dirinya sendiri yang melakukan hal dirasa berlebihan.

“Kalian berdua udah makan?” tanya Indra memecah kecanggungan yang dia sadari. Melihat keduanya larut dalam perasaan masing-masing, membuat suasana disekitarnya sedikit panas.

“Boro-boro makan, Bang! Ngopi aja enggak sempat kita,” jawab Bagus.

“Ya, udah. Gus, beli makanan gih! Apa aja terserah lo. Beli buat Abas juga.”

“Oke, Bang! Mbak Bella mau makan juga?”

“Bella makan siang bareng saya.”

Lagi-lagi Bella merasa kikuk saat Indra mengajaknya. Padahal sebelumnya, tak ada rencana makan siang yang akan mereka lakukan hari ini. Betapa bodohnya, Bella malah mengangguk. Padahal sebenarnya, dia masih ingin berada di dekat Abas sedikit lebih lama.

By the way, asuransi yang sempat dibuatin Bu Dina masih berlaku, kan?”

“Masih, Bang. Ini juga di cover asuransi, kok!”

“Syukurlah! Tapi, kalau lo butuh apa-apa jangan sungkan kontak gue, ya Bas! Gue pasti bantu.”

“Oke, Bang! Thanks, ya,” jelasnya dengan senyum mengembang.

Bella masih duduk disamping ranjang Abas, memerhatikan lengan kirinya yang masih dibalut perban. Membayangkan jika suatu hari dirinya berada ditengah-tengah situasi yang membahayakan seperti itu, apakah dirinya akan setenang Abas yang masih bisa tertawa ketika peluru menancap dikulitnya atau malah membuatnya trauma dan menyerah?

“Bel?” Indra.

Bella mengerjap. Bayangan yang sejak tadi mampir dalam pikirannya menguar. “Ya, kenapa?”

“Ngelamunin apa?” tanya Indra. Melihatnya melamun dengan wajah pucat membuatnya khawatir.

Lihat selengkapnya