Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Pemberian donasi diserahkan kepada Abas sebagai perwakilan dari Pawslova. Beberapa wartawan ada saja yang iseng mengaitkan acara ini dengan kasus Jameela dengan seorang pegawai tekstil yang kini sudah dipecat. Seperti biasanya, Jameela membela diri dengan pembelaannya, lalu berusaha sebijaksana mungkin meminta para wartawan melupakan kejadian tersebut karena keduanya sudah saling memaafkan kesalahpahaman itu, satu sama lain. Meski muak mendengar wanita itu mengatakannya, tapi Bella berusaha tak peduli.
Abas sedang sibuk melakukan wawancara terkait kegiatan yang dilakukan shelter selama ini. Tak lupa, Abas juga menggaungkan spay and neuteur bagi hewan peliharaan dan hewan jalanan untuk menekan populasi hewan terlantar di setiap daerah. Abas juga terus menyuarakan tentang lemahnya hukum terhadap penganiayaan pada hewan dan menjelaskan kenapa penganiaya hewan sangat berbahaya bagi manusia kedepannya.
“Bibit awal seorang psikopat salah satunya adalah dimulai ketika mereka secara sadar menganiaya hewan. Dari situ, kemudian timbul rasa senang, hingga ingin beralih kepada hal-hal yang lebih besar dan lebih menantang. Itu sebabnya, saya harap hukum animal abuse di Indonesia ini tidak dianggap spele karena menyangkut moral generasi bangsa. Apalagi seperti yang kita tau, menurut data, Indonesia adalah salah satu penyumbang terbesar video penyiksaan hewan yang ada di media-media sosial. Itu berarti ada banyak sekali bibit psikopat di negara ini. Miris sekali!” jelas Abas.
Selain itu, Abas juga berharap edukasi terhadap masyarakat tentang bahaya mengkonsumsi hewan yang tak layak konsumsi seperti anjing, kucing, kera dan hewan tak lazim dikonsumsi lainnya terus digalakkan. Abas menilai bahwa hidup kita tak melulu bergantung pada adat istiadat. Kita sebagai manusia yang lebih berakal seharusnya dapat menilai mana yang layak dan tidak. “Lagipula, masih banyak makanan yang layak kita makan. Udah gitu, seperti yang kita ketahui juga cara pengolahan makan-makanan tersebut pun benar-benar tidak manusiawi. Kalau kalian pernah lihat seperti apa daging anjing di olah, kalian pasti bakal kaget sekaligus ngeri. Sayangnya permintaan pasar yang masih marak dan berlindung dibalik kata tradisi dan adat yang membuat kami agak kesulitan mengedukasi masyarakat terkait bahaya mengkonsumsi daging yang tak layak konsumsi seperti anjing dan yang lainnya.”
Bella yang melihat Abas dikejauhan lagi-lagi dibuat bangga sekaligus terharu pada perjuangan Abas selama ini. Dia sangat memahami seperti apa cara shelter bekerja dan hal itu membuat Bella semakin tergugah untuk mengikuti semangatnya. Sesekali mata mereka bertemu, dan keduanya saling menyunggingkan senyuman lebar penuh rasa bangga. Memang sudah seharusnya Bella mengikuti jejak Abas. Bella semakin yakin, bahwa dirinya juga bisa seperti Abas.
“Abas masih wawancara?” tanya Adri saat menghampiri Bella yang masih tertegun memandangi Abas. Sementara yang lainnya bersiap memasukkan kucing ke dalam kendang dan mengembalikannya ke shelter.
“Keren, ya dia!” goda Astrid yang mengekor di samping tunangannya.
“Iyalah! Ini kesempatan dia buat ngeluarin unek-unek dan di dengar masayarakat luas. Syukur-syukur di dengar pemerintah,” jelas Bella.
Baik Adri dan Astrid keduanya terus menggoda Bella yang masih fokus pada Abas.
“Kalau suka bilang aja.”
“Enggak usah mulai! Gue cuma kagum aja sama dia.”
“Lama-lama jadi suka, lho! Hati-hati.”
“Serah!”
Ardi merangkul adiknya. “Tadi Dara nyariin kamu. Dia mau ngucapin makasih.”
“Ntar ajalah! Kan nanti malam katanya ada gala dinner dan kita semua diundang. Makasihnya disana aja, di depan banyak orang, persis seperti yang mereka mau! Ribet banget, sih acara mereka.”
“Udah ikutin aja. Toh, selama acara tadi juga nggak ada yang aneh-aneh, kan.”
Bella menggeleng, “siapa bilang! Dia masih aja sok bijak jadi pahlawan dibalik kasus gue dulu. Udahlah! Ayo pulang!”
“Pulang sama siapa?” tanya Ardi.