Esoknya, Bella bangun dengan pening dikepala. Semalaman dia tidak bisa tidur memikirkan nasib hewan-hewan yang mati disana. Bella bahkan sampai membawa Mili untuk tidur dengannya saking ketakutannya. Bahkan Ardi terpaksa menemaninya tidur di lantai karena Bella benar-benar ketakutan saat pulang ke rumah. Sejak diperjalanan hampir lima kali dia mengeluarkan isi perutnya. Bahkan ketika sampai di rumah, dia tidak bisa memamakn makanan apapun meski perutnya sangat lapar. Kejadian itu benar-benar membuatnya trauma.
Tentang Goldie, semalam Bella langsung mendatangi rumah Sam dan menceritakan semua yang terjadi pada anjing malang itu. Sam tak kuasa menahan air mata dan juga emosi yang meluap. Dia bahkan tidak pernah mengenal Jameela sebelumnya, tapi bagaimana bisa dia tau tentang Goldie.
"Kemungkinan dia mencari hewan secara acak yang menurut dia... kulit dan bulunya bagus." Abas masih disana, menemani Bella bertemu dengan Sam.
"Maksud lo?"
"Perempuan itu kemungkinan mengincar Goldie untuk diambil bulunya," jelas Abas.
"Astaga! Dia manusia? Astaga! Ada manusia sekejam itu?" Berkali-kali Sam menyesali dirinya yang mengajak Goldie berjalan-jalan ditaman. Dia menyangka Jameela melihat Goldie saat itu dan menyuruh orang untuk menculiknya.
"Thank's ya Bel, udah ngenalin Goldie." Sam memeluk Bella. Dia benar-benar kalut saat mengetahui kondisi anjing kesayangannya seburuk itu. Meski begitu, Sam bersyukur Goldie ditemukan dalam kondisi hidup.
Setelah selesai Abas dan Bella berpamitan pulang, sementara Sam meminta alamat rumah tempat Goldie ditemukan. Malam itu juga, Sam berniat untuk menyusul anjing kesayangannya.
***
“Bel, udah bangun?” Ardi terbangun saat Bella membuka gorden jendela kamarnya. “Mau makan apa? Kamu belum makan dari semalam.”
Bella menggeleng. “Enggak nafsu aku, kak. Kepikiran terus.”
“Mau ke psikiater? Atau kita jalan-jalan, ya biar lupa.”
“Enggak usah. Nanti juga hilang sendiri.”
“Ya, tapi kamu jadi nggak makan! Kamu harus makan Bel, buah atau sayuran kek! Ada pisang sama apel di meja makan. Semalam Abas yang bawain.”
Bella mengambil handuk, lalu melenggang menuju kamar mandi tanpa menjawab tawaran kakaknya. Sementara Ardi berpindah posisi dari kamar Bella menuju ruang tengah dan kembali meringkuk diatas sofa.
Setelah selesai dengan kegiatannya di kamar mandi. Bella kemudian menyemprotkan beberapa semprot parfum ke tubuhnya. Namun, rasanya masih saja kurang. Dia lantas menyemprotkannya lagi, kali ini tidak hanya ke tubuhnya namun seisi kamarnya. Sejak di dalam kamar mandi, dia merasa mencium bau kotoran dan bangkai hewan yang menyengat hidungnya. Beberapa kali dia menyabuni tubuhnya, lalu membuat busa dari sabun agar seisi kamar mandi wangi. Tapi bau itu terus membayangi hidungnya. Bella juga mencari sumber bau keseluruh rumahnya, namun dia tidak menemukan apapun disana. Hingga akhirnya, hal itu membuatnya frustasi lantas memanggil Ardi yang masih tertidur di sofa.
“KAK! KAKAK!!!”
Ardi bergegas menuju kamar adiknya, lalu melihat Bella terus menyemprotkan parfum ke setiap sudut kamarnya, hingga kamarnya wangi menyengat.
“Kenapa, sih Bel?”
“Kak cium bau bangkai hewan nggak, sih? Coba cek kali anaknya si Mili mati atau mereka pup dimana gitu!”
“Enggak ada, Bel! Kakak nggak nyium bau apa-apa kecuali parfum kamu." Melihat sikap Bella yang sudah kelewatan, Ardi lantas menghampirinya. "Udah hei! Abis nanti parfumnya!” Dia juga mengambil parfum dari tangan Bella.
“Bau tau, kak! Astaga, aku nahan mual banget daritadi. Apa gara-gara semalam, ya? Aku masih ngerasa nyium bau dari ruangan itu, bikin aku mual!”
“Bel, kamu harus konsultasi ke psikiater! Kakak antar, ya!”