PawsLova

Regina Mega P
Chapter #44

#44 Pawslova Pet and Care

Beberapa minggu kemudian kondisi Bella mulai membaik. Dia tidak lagi mencium bebauan aneh dihidungnya dan terus berkonsultasi pada psikiater yang menanganinya ketika dirinya mulai cemas. Akhir-akhir ini juga kegiatan Bella di shelter cukup sibuk. Bella juga akan mulai membuka tokonya yang sudah dipenuhi barang-barang baru dari distributor yang bekerjasama dengannya. Seperti yang disarankan Astrid, saat ini dia baru mmebuka petshop. Meski sebenarnya dia juga ingin membuka cat café, dan pet grooming di lokasi yang sama. Namun, Astrid yang juga menjadi penasehat pribadinya menyarankan untu membuka satu persatu.

Bella sedang beristirahat di dalam kantornya setelah dia membereskan segala keperluan administrasi opening store PAWSLOVA Pet and Care. Dia juga merekrut dua karyawan dan melatihnya untuk mengenal berbagai macam produk yang dijual disana dan membantunya belajar mengoperasikan komputer kasir. Bella lakukan semuanya seorang diri, dan dia sangat senang karena semua berjalan sesuai dengan yang diharapkannya.

Oh, iya sejak kejadian gala dinner waktu itu, Indra belum kelihatan sama sekali. Dia juga belum mengunjungi shelter lagi. Abas bilang dia sedang sibuk mengurusi hewan-hewan dari rumah Jameela yang diobati di kliniknya. Beberapa yang sehat sudah dibawa ke shelter dan masih dalam pemantauan diruang isolasi. Beberapa dari mereka seolah mengalami trauma saat bertemu dengan kucing lainnya. Mereka terlihat ketakutan dan bersikap lebih agresif dari biasanya dan nyaris membuat Indra kewalahan.

Jameela juga sudah memakai baju oranye. Minggu lalu dia sudah ditetapkan sebagai tersangka, namun masih butuh pengadilan hakim untuk mengetahui berapa lama hukuman yang harus dia jalankan. Dia juga mendapatkan sanksi sosial yang layak. Butiknya sepi, sponsor dan pekerjaan lainnya yang menggunakan nama Jameela semua ditarik. Masa lalunya sebagai abuser terekspos. Menurut pegawai yang juga ikut menculik dan menguliti hewan, Jameela bahkan yang mengajarinya cara menguliti hewan agar bulunya tidak rusak dan rontok. Selain itu menurut pembantunya, bukan sekali dua kali dia pernah minta dibuatkan gulai anjing dari anjing yang dia beli di pasar. Jameela bahkan melakukan semuanya dengan kesadaran penuh.

Nama Indra bahkan ikut tercoreng sebagai mantan kekasihnya. Tapi pria itu tak ambil pusing. Setiap kali wartawan mendatangi kliniknya untuk dimintai keterangan, dia dengan senang hati menceritakan keburukan Jameela selama berhubungan dengannya. Satu hal yang sampai akhirnya membuat Indra memilih meninggalkan Jameela adalah ketika wanita itu dengan sengaja memukul dan membuang seekor anak anjing sampai mati di depan Indra, hanya karena pria itu lebih peduli pada mereka dibanding kekasihnya. Dan hal itu sempat membuatnya trauma dan pada akhirnya memilih untuk meninggalkan perempuan itu.

“Itu sebabnya dia belum datang kesini lagi, mbak. Dia sibuk klarifikasi sama wartawan." Abas tergelak. "Kemari juga yang nganter kucing-kucing dari klinik si Bagus bukan bang Indra,” jelas Abas.

"Dasar!"

Keduanya kini sedang beristirahat sejenak di dalam kantor Bella bersama dengan tiga sekawan yang selalu standby di dalam kantor Bella.

“Tapi, dia nggak marah kan gara-gara gue bentak waktu itu?”

“Enggak, sih! Enggak mungkin dia marah, orang dia juga sadar dia salah.”

“O, ya? Baguslah kalau gitu.” Bella kembali bermain dengan Gembul dan yang lainnya. Sesekali perempuan itu menunjukkan ekspresi gemas pada ketiga kucingnya. Membuat lelaki didepannya ikut gemas melihat ekspresi Bella yang terlihat gemas. Sesekali Abas iseng melempar bola mainan kearahnya hingga beberapa kucing kecil berkumpul dikakinya dan mencakar kecil kakinya.

“Aw! Bas.”

Abas hanya tertawa. Sementara Bella tersenyum menimpali.

“Bas, lo kapan lulus?” tanya Bella. Dia baru ingat kalau lelaki itu akan meninggalkannya ketika dia sudah lulus. Dan Bella penasaran kapan itu akan terjadi.

Abas mengulum bibirnya ragu. “Sebenernya minggu depan saya sidang, mbak. Doain, ya!” Dia sudah sangat siap dengan amukan Bella yang mungkin akan terdengar menyakitkan. Namun, bukannya tatapann maut yang diberikan Bella, gadis itu malah tersenyum.

“Semangat!!! Lo pasti bisa lulus tepat waktu!”

Abas tersenyum lega setelah mendapat suntikan semangat dari Bella. “Wah! Enggak expect bakalan di semangatin. Makasih banyak, ya mbak.”

“Rencana mau kerja dimana abis lulus?”

Lagi-lagi Abas terkejut dengan pertanyaan Bella. “Wah pertanyaannya ada kemajuan, nih!”

“Gue pengen banget cegah lo buat nggak pergi. Tapi gue nggak ada hak untuk itu. Lo masih muda, perjalanan lo masih panjang juga. Nggak mungkin terus bergantung sama shelter ini.”

Abas tersenyum simpul. “Mbak juga sama. Kalaupun memang nggak mau terlalu terikat dengan shelter ini juga nggak apa-apa. Toh, saya juga nggak pergi jauh, Mbak. Jarak tempat kerja juga cuma sejaman dari sini. Saya masih bisa bantu urus shelter setelah pulang kerja, atau sebulan sekali atau dua kali atau bahkan setiap hari. Saya bersedia mbak!”

“Eh, lo udah dapat kerjaan?”

Abas mengangguk.

“Kok, bisa? Kan belum lulus!”

Abas tersenyum. “Di kantor bapak saya mbak.”

“Owalah! Pantes. Ada orang dalamnya!”

Abas tertawa. “Jaman sekarang susah mbak nyari kerjaan kalau nggak ada orang dalam!”

Lihat selengkapnya