Paycho Pathos

MR Afida
Chapter #1

Mayat Dalam Koper

Awal yang buruk untuk memulai hari. kesunyian pagi, terusik teriakan seorang warga yang mengemparkan seluruh penduduk desa. Penemuan mayat di dalam sebuah koper dengan tubuh terpotong-potong menjadi beberapa bagian kecil, berhasil membangunkan ketenangan warga pinggir kota yang terkenal damai.

Sebuah koper berwarna biru dengan ukuran besar tergeletak begitu saja di pinggir danau, memancing rasa ingin tahu seorang laki-laki tua yang melintas. Menggoda pria tua itu, untuk membuka paksa koper yang ia temukan, berharap bisa mendapatkan sesuatu yang berharga, tetapi isinya sangat mengejutkan, membuat pria tua itu shock dan nyaris tak bisa bicara.

Mobil ambulans datang serentak dengan kehadiran tim penyidik, beberapa polisi berseragam mengamankan area dengan memasang garis polisi pada lokasi penemuan mayat. 

Menggunakan sarung tangan karet dan masker, Inspektur Polisi, Pandu, membuka koper. Ia melihat kondisi mayat yang sangat mengerikan. Pembunuh dengan sengaja memutilasi korban hingga nyaris menjadi potongan kecil, bahkan bagian wajah korban hancur, tidak bisa dikenali, antara potongan lengan dan pergelangan tangan, kedua ukurannya hampir sama. Pelaku pembunuhan benar-benar sadis!

Pandu menyisir sekitar danau, mencari jejak dan barang bukti yang mungkin tertinggal oleh pelaku, tetapi semua tampak rapi, hanya ada bercak darah pada rumput di sekitar koper, selebihnya tidak ada apa-apa.

“Siapa yang pertama kali menemukan mayat korban?" tanya Pandu. Ia melepas sarung tangan dan menyerahkannya pada petugas yang lewat.

“Siap Inspektur. Mayat korban ditemukan oleh seorang laki-laki tua, bernama pak Anjan. Saat ini sedang mengalami syok, tetapi beliau masih bisa memberikan kesaksian.”

“Sudah diambil kesaksian beliau?”

“Siap Inspektur! Sudah, dan ini catatannya.”

“Jangan terlalu formal, biasa saja. Menjadi anak baru di tim kami, tidak harus membuatmu sungkan.” Pandu menepuk pundak bawahannya, memeriksa catatan yang diberikan oleh Gama.

Pandu mengeluh tertahan, kasus pembunuhan seperti ini selalu menguras tenaga dan pikirannya. Mencari identitas korban, motif pembunuhan dan pelaku, semua butuh kerja keras yang sangat extra, apalagi setelah ia melihat kondisi mayat yang sudah tidak bisa dikenali. 

Gawai Pandu bergetar, di layar ponsel menampilkan nama rekan yang menghubunginya. Ia menggeser gambar telepon berwarna hijau ke kanan, menerima panggilan yang membuatnya terkejut. Ia menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari danau, mata elangnya melihat jejak ban mobil yang mencurigakan, mengikuti jejak tersebut hingga lima ratus meter arah barat mendekati danau, terlihat jejak ban itu berputar arah menuju jalan raya kemudian menghilang. 

Aneh, bagaimana bisa jejak itu menghilang tanpa bekas? padahal tanah berlumpur di bagian danau barat seharusnya melekat pada ban mobil.

Lihat selengkapnya