PBC Best Teacher Ever

Mizan Publishing
Chapter #3

Elsha, The Naughty Girl Ever!

Sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di de-pan SMP Bina Bangsa. Dari dalamnya, Elsha, anak pemilik mobil tersebut keluar dengan angkuhnya. Dia melangkahkan kakinya berjalan melintasi gedung SMP Bina Bangsa. Lalu, mobilnya pergi.

Sepanjang jalan, murid-murid lainnya berbisik-bisik sambil menunduk ketakutan. Maklum saja, Elsha adalah anak paling menakutkan di SMP Bina Bangsa. Hampir seluruh murid pernah dikerjainya. Para guru pun pernah. Mereka sangat kewalahan.

Sudah lebih dari dua puluh kali Elsha pindah sekolah sejak SD. Tidak ada sekolah yang sanggup. Dan ini yang ke-21 kalinya. Elsha pun hampir dikeluarkan karena akhir-akhir ini dia telah mengerjai Kepala Sekolah dua kali berturut-turut.

“Elsha datang!” beri tahu seorang anak murid ketakutan. Dia berlari menuju tempat duduknya.

“Cepat kembali ke tempat!” seru yang lain.

Elsha pun datang. Dia berhenti di depan pintu kelasnya. Dia menatap satu per satu wajah teman-temannya sambil melontarkan senyuman licik. Teman-teman sekelasnya hanya menundukkan kepala ketakutan.

“Halo, Semua! Bagaimana kabarnya hari ini? Siap untuk mendapat kejutan?” Elsha tertawa kecil.

“Ini milikku!”

Bobby, salah satu murid di kelas VIII-A tiba-tiba bersuara. Pandangan Elsha langsung tertuju padanya. Elsha segera melangkahkan kaki menghampiri Bobby yang sedang memegang bungkus burger.

“Moshimoshi (bahasa Jepang, artinya halo), Bobbykun (gabungan bahasa Jepang ’kun’ yang berarti Tuan Bobby)!” Sapa Elsha bermanis mulut.

“E ... E ... Elsha ...,” jawab Bobby ketakutan.

“Hmmm ... kayaknya burger kamu enak, ya?” Elsha beralih ke bahasa Indonesia.

“E ... e ... iya ...,” Bobby menatap ketakutan.

“Gimana kalau burger itu untukku saja?”

“GAK!” bantah Bobby lantang.

Semua anak di kelas itu terkejut, termasuk Elsha. Mereka semua tidak menyangka bahwa Bobby akan mengatakan “GAK” kepada Elsha. Belum ada yang pernah membantah semua yang diperintahkan Elsha. Bila sampai ada yang membantah, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi. Pasti sesuatu yang besar.

“Odokeru ike-nai! (bahasa Jepang, jangan bercanda!)” tegur Elsha sambil melipat tangan.

“Maksudnya?” tanya Bobby pelan.

“JANGAN BERCANDAAA!” teriak Elsha kencang.

“Aku gak bercanda! Aku gak mau kamu mengambil burger-ku lagi. Cukup sudah kamu mengambil burgerku setiap hari!” bantah Bobby gemetaran. Tapi, suaranya besar dan lantang.

“Cukup? Itu berarti kamu mau ...,” Elsha berbicara perlahan-lahan. “KECOAK!” teriak Elsha sambil memperlihatkan kecoak ke depan Bobby.

“Waaa!” Bobby berteriak ketakutan.

Bobby berusaha kabur dari sana. Tapi, dia tidak bisa. Dia terjebak. Dia tidak bisa kabur ke mana-mana. Dia duduk di pojok kiri. Di belakangnya ada dinding. Di samping kirinya ada dinding. Di depannya ada kursi dan meja teman lainnya.

“Mau lari ke mana, Bobby?” tanya Elsha semakin mendekatkan kecoak itu ke wajah Bobby.

“Aaa ...! Jauhkan!” teriak Bobby semakin ketakutan.

“Baiklah kalau kamu meminta.” Elsha menurunkan tangannya yang memegang kecoak tersebut, lalu menaikkannya kembali.

“Hwaaa!” Bobby yang semula merasa lega karena Elsha menurunkan tangannya kembali berteriak.

“Serahkan burger-nya atau kecoak ini aku satukan dengan burger-mu dan kamu harus memakan burger kecoak itu?” ancam Elsha.

Bobby berpikir sejenak. Dilihat baik-baik burgernya dan kecoak di tangan Elsha. Bila aku tidak berikan burger ini, maka aku akan makan burger kecoak. Blueeek ... menjijikkan! Tetapi kalau aku serahkan, masa setiap hari aku mau ditindas olehnya? Dia, kan, perempuan, pikir Bobby lama.

“BOBBY, TIME’S UP! Waktumu untuk berpikir sudah habis,” marah Elsha.

“Ba ... baik ... ambillah!”

“Merci (bahasa Prancis, terima kasih), tilmidzun (bahasa Arab, murid laki-laki)!”

Bobby menyerahkan bungkus beserta burger-nya dengan cepat kepada Elsha. Elsha menerima burger itu dengan baik. Selanjutnya, dia berjalan menuju tempat duduknya. Dia menaruh tasnya di bangku, duduk dan memakan burger milik Bobby tadi dengan nikmat.

“Kenapa, sih, kamu ngambil burger Bobby terus?” tanya Vero, teman sebangku Elsha marah.

“Memang ada larangan aku gak boleh melakukan itu, ya? Hei, terserah aku, dong!” Elsha memandang sinis Vero.

“Tapi, kan, kasihan Bobby, dong!” ucap Vero membela.

“Kamu mau melawan aku?” Elsha bangkit berdiri.

“Duh, mati Vero! Bisa dibunuh Elsha,” anak-anak berbisik-bisik.

Elsha mendekatkan wajahnya ke wajah Vero. Vero langsung berkeringat. Keringat tidak henti bercucuran dari wajahnya. Untunglah, Bu Lina datang. Elsha segera bersikap biasa saja. Pelajaran pertama dimulai.

Selama pelajaran berlangsung, Elsha terus melirik Vero. Vero merasa sangat tidak nyaman. Terkadang, Vero juga melirik Elsha. Wajah Elsha tampak sangar dan penuh amarah. Tiba-tiba, Elsha mendapat ide untuk membalas dendam.

Em, Vero takut banget, kan, sama kodok. Wait a minute, akan aku tangkap Mr. Frog biar Vero ketakutan! gumam Elsha licik. Elsha berjalan ke depan.

“Kamu mau ke mana, Elsha?” tanya Bu Lina tegas.

“Toilet, Ma’am!” Elsha langsung berjalan keluar.

“Elsha!” cegat Bu Lina.

“Ibu mau saya buang air kecil di sini?” tanya Elsha tanpa membalikkan badan melihat Bu Lina.

“Baiklah.”

Dengan lincah, Elsha berjalan keluar. Kaki Elsha berhenti tepat di depan got di dekat kantin. Elsha mulai mencari kodok yang berteduh di bawah sana. Frog ... frog .... Akhirnya, Elsha melihat seekor kodok berteduh di got tersebut. Lalu, dia mengambil kantong plastik dari saku roknya.

Elsha menunduk. Dapat! Kodok itu sekarang telah berada di kantong plastik. Elsha mengikat kantong plastik tersebut. Sesegera mungkin Elsha memasukkannya ke saku roknya. Elsha kembali berjalan menuju kelas.

“Vero, kamu cantik banget hari ini!” rayu Elsha.

“Makasih, Sha,” jawab Vero waswas.

“Apa ini, Ver?” tangan kanan Elsha memegang jepit rambut kuning di rambut Vero. Tangan kirinya beraksi memasukkan kodok ke tas Vero.

“Ini jepitku. Kemarin, aku baru beli,” jawab Vero.

“Oh. You’re a lucky girl. You’ve a beautiful face and you can save it well.”

Elsha langsung berpura-pura fokus pada pelajaran. Dia membuka buku Matematika dan membacanya. Dalam hati, Elsha tertawa bahagia. Dia tidak sabar melihat reaksi Vero melihat hewan yang paling ditakutinya ada di dalam tasnya.

“Veronica Ansani,” panggil Bu Lina.

Tidak lama kemudian, Bu Lina memanggil Vero ke depan. Vero pun maju dan menghadap Bu Lina.

“Ini jadwal ulangan untukmu. Tolong kumpulkan PR Matematikanya sekarang, ya!”

Bu Lina memberikan selembar kertas jadwal ulangan kepada Vero. Vero kembali ke tempat duduknya. Ketika dia hendak membuka tasnya, seekor kodok meloncat ke luar. Spontan Vero berteriak ketakutan.

“KOOODOOOK!”

Tiba-tiba, Vero jatuh pingsan di tempat. Semua anak datang mengerumuni. Bu Lina berlari mencari pertolongan. Dua orang anggota PMR datang membawa tandu. Vero diletakkan di atas tandu. Dua orang dari PMR itu bangkit dan berjalan membawa tandu.

Pelajaran terpaksa berhenti sejenak karena tidak ada yang mengajar. Bu Lina pergi mengurusi Vero yang pingsan. Sebagian anak-anak juga ikut mengurusi Vero. Sebagian lagi bermain di kelas. Elsha merasa senang dan puas telah dapat membalas dendam.

“Jangan pernah coba main-main denganku!” ujar Elsha puas. “ELSHA SAGIEVA WIDARMA!”

***

Bel istirahat berbunyi. Elsha dan anak-anak lainnya keluar dari kelas. Mereka segera berjalan menghampiri kantin sekolah untuk mengisi perut atau perpustakaan untuk mencari tugas yang diberikan guru tadi.

Tidak untuk Elsha, dia tidak pergi ke dua tempat yang paling banyak dikunjungi pas jam istirahat, melainkan pergi ke ruang ganti baju anak perempuan. Wajar saja, karena setelah jam istirahat ini, dia akan belajar Olahraga. Hari ini, Pak Windra (guru Olahraga mereka) akan mengambil ulangan praktik kasti. Kalau terlambat, bisabisa Pak Windra akan mengusir mereka dari lapangan.

Sesampainya Elsha di sana, keadaan di ruangan berubah menjadi sunyi senyap. Padahal, tadi sebelum Elsha masuk, ruangan itu begitu berisik oleh banyak anak perempuan teman sekelas Elsha yang sedang berganti baju di sana.

“Kita jadi ulangan praktik kasti hari ini?” tanya Elsha melipat tangan memandang teman-temannya.

“Kalau gak salah, sih, iya, Sha!” jawab anak perempuan yang berada di nomor dua paling belakang.

Lihat selengkapnya