“Kenapa dia?” tanya Viona heran dengan tingkah laku Jilly. “Kenapa setiap kali kita membicarakan Marylin, dia selalu membelanya, tetapi tidak mau menceritakan yang sebenarnya pada kita.”
“Sepertinya … ada sesuatu yang ia sembunyikan. Dan ia tidak ingin semua orang mengetahuinya. Mungkin itu sangat rahasia,” tebak Fanel.
“Sangat rahasia?” ujar Aqilla. “Serahasia apa, sih?”
“Sudahlah! Kukira, Jilly sangat memuja— maksudku mengagumi Marylin, tapi tak dapat bersahabat dengannya,” terka Queen. Queen berkata dengan sangat bijak dan tebakannya menurut anak-anak yang ada di ruangan itu sangatlah tepat!
“Yeah, kurasa, memang ‘sangat rahasia’, masa ngomong ‘ada masalah’ terus seharian ini tanpa memberi tahu apa pun?”Aqilla berkomentar.
“Sudahlah! Tidak baik membongkar aib orang! Pokoknya jangan memaksa Jilly mengatakan ‘rahasia’ Marylin kepada kita!” kata Fanel.
Hingga makan malam pun, Jilly masih bermuka masam. Kalau diajak bicara, hanya menjawab sepatah-dua patah kata saja yang terucap. Ini membuat penghuni kamar 25–-termasuk Faquella sangat bingung! Mereka pun mulai mengira kalau semua anak Princess School suka bertingkah aneh. Queen juga penasaran dengan semua ini, tapi memutuskan untuk tidak membicarakannya sekarang. Ia menganggap tindakan itu itu tidak sopan.
“Aqilla, awas ada Marylin. Jangan berkomentar lagi. Ini waktu makan malam, waktunya makan, bukan bicara. Sebagai ketua murid aku berhak mengingatkanmu.”
“Baiklah, Ms. Ketua Murid!” Aqilla tertawa.
“Psst! Lihat, ada Miss Kennedy!” seru Fanel. Semua serentak diam. Miss Kennedy memang terkenal sangat tegas dalam hal tata krama, apalagi berbicara saat makan!
Pagi ini seperti berjalan seperti biasa, tetapi satu yang berbeda. Kini semua anak mendadak kesal dengan Marylin. Sikapnya sok memerintah! Seperti pagi tadi, saat absen. Dia membawa spidol merah, daftar absen yang dijepit di papan jalan, dan terlebih memakai sepatu hak 5 cm! Hari selasa, anak-anak SUKIBS memakai kemeja lengan panjang berwarna putih dan rok selutut berwarna hitam. Khusus untuk anak kelas sembilan, sepatu hak cokelat dan jas hitam! Rata-rata memakai hak 3 cm atau 2 cm. Tapi Marylin, 5 cm!
Anak-anak bercakap-cakap, tak peduli saat Marylin berjalan penuh wibawa ke depan kelas. Namun, tiba-tiba dengan suaranya yang berat dan dingin, dia berteriak, “Diam semua! Atau aku tak akan memberikan keterangan apa pun di absen. Kalau ingin namamu dicoret, semuanya harus diam.”
Seketika, suasana sunyi. Marylin mengitari kelas, sambil menanyakan satu per satu nama anak dengan suara yang dingin. Setelah itu, dia duduk di tempatnya. Beberapa anak menatapnya kesal, apalagi Aqilla!