Sesampai di rumah, aku mencium tangan Bunda yang sedang duduk di sofa ruang keluarga. Serta-merta aku langsung menceritakan kejadian di sekolah hari ini.
“Bunda, tahu tidak? Tadi di sekolahku ada anak baru. Namanya Kiara. Dia itu anaknya cantik dan baik. Lalu, bla ... bla ... bla ....” Aku bercerita kepada Bunda sekitar 5 menit.
“Oh, begitu. Kalau mau main ke rumah Kiara, sekarang ganti baju, setelah itu makan siang. Bunda sudah membuat sup ayam yang lezat. Kalau mau tambah ayam goreng, masih ada di atas meja makan,” jelas Bunda.
Aku langsung melangkah menuju kamar dan segera berganti pakaian. Setelah itu, aku makan bersama Bunda. Selesai makan siang, aku langsung berpamitan kepada Bunda dan mengambil sepedaku yang berwarna biru di garasi.
Kukayuh sepedaku dengan santai sambil menghirup udara yang sejuk. Angin berembus sepoi-sepoi membuat pohon-pohon di tepi jalan melambai-lambai. Yes, tinggal dua tikungan lagi, kataku dalam hati.
Sesampainya di Jalan Biru, aku membelokkan sepeda. Aku mencari sebuah rumah bercat peach dan berpagar warna emas. Itulah info yang kudapat dari Kiara siang tadi.
“Wah, benarkah ini rumahnya? Besar sekali,” kagumku melihat rumah yang begitu besar di hadapanku. Rumah ini persis seperti yang dikatakan Kiara, di sampingnya ada halaman yang luas, penuh dengan tanaman hias dan pohon buah. Selain besar dan megah, rumahnya juga asri dan sejuk! Membuat siapa saja yang memandangnya, akan terpesona.
Aku pun menuntun sepedaku menuju pagar rumah. Kebetulan sekali! Kiara sedang berada di teras sambil membaca buku. Kiara mempunyai hobi yang sama sepertiku, membaca buku. Betul-betul kompak, bukan?
“Kiara!” panggilku.
Kiara menoleh dan tersenyum ke arahku. Dia langsung menghampiriku dan membuka pagar rumahnya. “Selamat datang di rumahku. Ayo, masuk,” ajak Kiara.
Aku memarkir sepedaku di bawah pohon mangga yang ada di halaman. Setelah itu, aku menyusul Kiara masuk ke rumahnya.
“Wah, besar sekali rumahmu. Barang di dalamnya pun semuanya indah!” decakku terkagum-kagum.
“Hihihi, jangan berlebihan, ah. Ayo, ke kamarku. Di sana, kita bisa melakukan banyak hal,” ajak Kiara dan langsung menaiki sebuah tangga yang berliku.
Aku pun mengikuti langkah Kiara. Sesampai di kamar Kiara, lagi-lagi aku berdecak kagum. Kamar Kiara bersuasana biru muda, semua barangnya pun biru muda. Tempat tidur, rak buku, wallpaper dinding, karpet, lemari, dll.
“Wah ... indah sekali!” kataku.
Kiara yang melihat itu, hanya tersenyum. “Anggi, kamu pasti haus, kan? Ini kubuatkan sirop melon yang segar.” Kiara menyodorkan segelas sirop melon yang segar. Di sampingnya juga terdapat beberapa makanan. Sepiring bolu keju, setoples kue kering, dan sekeranjang buah-buahan segar. Benar-benar sajian yang istimewa! Aku seperti diperlakukan layaknya seorang ratu. Hehehe ....