Begitu hampa, begitu sepi
Aku seolah-olah mati,
Di antara megahnya dunia ini
Aku selalu bertanya pada diriku sendiri, “Apakah memang ini nasibku?”
Jika kubisa terbang ke dunia fantasi
Kan senang hati ku pergi meninggalkan bumi
Mendatangi tempat penuh mimpi, Yang kuimpikan selama ini
Jika tak ada yang peduli di dunia ini, Lebih baik aku terlahir di dunia fantasi
Eternal Snow, 14 April 2014
Aku berjalan ke kelas dengan langkah yang tidak pasti. Penuh keraguan. Jika aku masuk kelas, akankah ada yang peduli padaku? Sebuah pertanyaan konyol yang tentu saja bisa kujawab sendiri. Dunia ini pun akan menjawab dengan kata: TIDAK.
Mengerikan, bukan? Hidup di antara orang-orang yang tidak peduli kepadaku. Aku akan seperti hantu, orang mati di antara berjuta-juta orang yang masih hidup. Hari-hariku akan selalu sepi. Aku tidak suka sendiri.
Aku ingin punya teman, aku ingin berteman, dan aku ingin merasakan kasih sayang yang seharusnya diberikan orangtua kepada anaknya. Aku ingin, tetapi akankah aku diberi kesempatan untuk merasakan hal itu?
Kreeet ….
Aku membuka pintu kelas dengan sangat hati-hati dan pelan. Anak-anak di kelas pasti tidak menyadarinya. Aku memandangi mejaku. Vexia, anak yang masuk nominasi The Seven Most Beautiful Students di sekolahku dan peringkat ke tiga bidang akademik, menduduki mejaku. Yaampun! Mimpi apa aku semalam? Pagi-pagi, kok, sudah kena masalah begini beratnya.
Kenapa aku menganggap ini masalah? Oke, akan aku jelaskan.
Pertama, Vexia merupakan gadis terkenal yang cantik dan memiliki banyak teman. Aku yang jelek ini enggak mungkin berteman dengannya.
Kedua, aku ini pemalu banget. Aku selalu gugup dan menundukkan kepala ketika diajak bicara.
Ketiga, aku sudah mengubur dalam-dalam niatku berteman dengan teman-teman sekelas. Berapa kali pun aku mencoba menyapa, berapa kali pun aku mencoba berbicara, mereka tidak pernah mempedulikanku. Menyedihkan, ya?
Aku terus berdiri mematung di ambang pintu kelas dan melirik arloji berkali-kali dengan resah. Beranikah aku mendekati mejaku sendiri? Ya, aku sering tak mau berusaha. Bahkan langsung menyerah begitu merasa tidak ada kesempatan.
Itulah aku, penakut, gampang menyerah, dan tidak punya bakat. Aku benci terhadap diriku sendiri, tetapi tidak pernah berusaha untuk berubah.