“Syiffa, kamu mau minum apa?” tanya Tante Diah, mama Mira.
“Apa aja, deh, Tan,” jawab Syiffa.
“Tante pesanin jus alpukat, mau?” sahut Tante Diah. “Kalian tunggu di sini, ya! Jangan ke mana-mana!” Tante Diah meninggalkan Syifa, Nina, dan Mira.
“Katanya mau makan bakso, kok malah ke restoran, sih?” Syiffa menatap Mira.
“Hehe ... mamaku belum tahu tempat jual bakso sekitar sini.” Mira tertawa.
“Oh, gitu! Eh, kamu, kok lancar berbahasa Indonesia, sih?” Nina penasaran.
“Iya. Di Belanda orangtuaku bicara bahasa Indonesia padaku.”
“Ohhh ... sebenarnya yang asli orang Belanda itu siapa? Mama atau papa kamu?” tanya Nina lagi.
“Mama. Meskipun orang Belanda, Mama lancar banget bahasa Indonesia. Soalnya, dulu Mama pernah dapat beasiswa di Universitas Indonesia.”
Syiffa dan Nina pun ber-ohh panjang.
Tiba-tiba ....
“Copet! Copet!” Terdengar teriakan seorang ibu.
Sekejap kemudian ada seorang lelaki dewasa yang melemparkan tas ke meja Syiffa, Nina, dan Mira. Lelaki itu pun langsung berlari secepat mungkin.
“Eh, ini tas saya,” kata ibu tadi saat melihat tas berwarna cokelat ada di meja Syifa, Nina, dan Mira.
“Wah, kecil-kecil udah jadi pencuri, ya!” kata Pak Satpam yang tiba-tiba datang, langsung menuduh mereka bertiga.
“Enggak, Pak. Kami enggak mencuri,” sahut Syiffa.
“Alah, mana ada pencuri yang mau ngaku. Kalau ada, penjara bakalan penuh,” kata Pak Satpam “Sekarang, kalian bertiga ikut saya ke kantor.”
Tante Diah datang. “Eh, ada apa ini? Kok ribut-ribut, sih.”
“Ibu siapa?” tanya Pak Satpam.