Ketika seseorang menilaimu dari penampilan, itu bukan lah suatu ketulusan melainkan kepalsuan.
***
Damian Ander Kahill. Siapa yang tidak mengenalnya di SMA Chandra Satya, rupanya yang menawan bak dewa yunani menjadikan popularitasnya naik melambung tinggi.
Damian bukan pentolan sekolah, bukan badboy, bukan juga lelaki yang suka mondar mandir majalah mading. Tapi Damian dapat mengambil alih urutan nomor satu dalam gelar lelaki yang di idolakan kaum hawa di SMA Chandra Satya, termasuk cewek bar-bar yang di kenal satu sekolah. Stevani Syren.
"Hai Damian, gue nebeng ya?" Stevani mensejajarkan langkahnya di samping Damian. Kehadirannya seperti ulat bulu, menganggu ketentraman dan berbahaya jika di dekati.
Damian tidak menanggapinya sama sekali ia hanya diam menatap lurus ke depan. Seharusnya menjadi wanita itu tidak perlu semurah yang di lakukan Stevani, wanita itu di pandang terhormat saat kewajibannya hanya sebatas menunggu bukan merampas sesuatu yang ia mau.
"Boleh ya?" Tanyanya lagi.
"Rumah lo sama gue ga searah." Jawab Damian ketus.
Walaupun Damian selalu memasang wajah datar, namun itu saja sudah cukup menyihir para wanita yang melihatnya. Ketampanannya merepotkan hidupnya sendiri.
"Justru itu lo harus anterin gue." Ucapnya memaksa.
Stevani sudah sering mengemis perhatian pada Damian, ia juga sudah sering mendapat penolakan yang memalukan. Baru saja kemarin Damian marah besar karena Stevani yang berani memasang nama Damian di akun media sosialnya, tapi niatnya mendekati Damian tidak sedikit pun hilang. Padahal Stevani seharusnya bersyukur ada lelaki yang ingin menjadi kekasihnya, Dika Arya.
"Ga ada waktu!" Ucap Damian ketus.
"Lo berani nolak gue?" Tanya Stevani meremehkan, karena di sekolah ini tidak ada satu orang pun yang berani menentang perintahnya. Seseorang yang menapak di SMA Chandra Satya wajib tunduk pada Stevani.
"Gue tau kakek lo pemilik sekolah ini, tapi bukan berarti gue takut sama lo." Balas Damian.
Pemikiran Stevani salah besar, hanya satu orang yang tidak menurutinya. Damian.
Menurut Damian semua orang di dunia ini sama rata, tidak ada yang membedakananya apalagi karena status sosial dan harta.
Stevani mengepalkan tangannya.
"Kalo kak Damian gamau nganterin Kak Stev, berarti kak Damian mau nganterin gue ya?" Ucap Friska tidak tau malu.
Friska memiliki ikatan darah dengan Stevani. Selain Stevani yang berkuasa di sekolah ini, Friska Yolanda pun memiliki hak untuk itu.
Mereka berdua merupakan cucu dari seorang pemilik yayasan, yang menjadi pembeda di sini hanyalah senior dan junior. Jadi di banding Friska, Stevani lebih unggul satu langkah.