Pearl

Erisa Vindia
Chapter #11

Memilih Tanpa Pilihan

Wujud rasa paling utama adalah cinta.

***

Damian sedang duduk bersandar di kursi pojok paling belakang, sekarang Damian sendirian. Singgih dan Leo memutuskan untuk pindah di kursi paling depan.

Alasan klasik agar Singgih lebih berkonsentrasi dengan pelajarannya, padahal dari itu semua mereka ingin menjauhi Damian. Mungkin dengan kesendirian Damian dapat berpikir jernih dan berdamai dengan saudaranya sendiri atau setidaknya dengan dirinya sendiri.

Melihat Daru masuk ke kelas Damian, membuat Singgih maupun Leo membulatkan matanya. Daru adalah murid kelas sebelah, jika ia masuk ke kelas ini artinya Daru akan bertemu seseorang.

Daru menghampiri Damian saat suasana hati Damian sedang tidak baik, lalu dia menaruh sebuah amplop berwarna cokelat pada meja Damian "Dari bokap lo."

Damian melemparkannya pada Daru, membuat lelaki itu langsung menangkapnya "Gue ga butuh uang dari dia."

"Bokap lo minta gue buat ngasih ini sama lo." Ucap Daru tidak kalah sinis.

"Bilang sama dia, gue ga akan mau nerima apapun dari dia sebelum dia cerain pelacur itu." Apa yang keluar dari mulut Damian begitu menggebu-gebu, seperti seorang macan tidur yang sengaja di bangunkan.

Kebenciannya belum dapat di atasi, Damian masih menyimpan dendam yang sangat mendalam di hatinya.

Daru mengepalkan tangannya, apa yang Damian katakan sudah keterlaluan. Daru menarik kerah Damian dan melayangkan satu pukulan pada wajah Damian.

Semua siswa mulai menjauh dari perkelahian Damian dan Daru, mereka tidak ingin menjadi sasaran amukan keduanya. Damian menendang beberapa kursi yang menghalanginya, kemarahan Damian sudah fatal.

"Sekali pelacur akan tetap menjadi seorang pelacur, wanita penggoda! Penjilat harta orang." Damian medorong Daru menjauh.

"Lo boleh rendahin gue, tapi jangan pernah sekali pun lo rendahin orang yang lahirin gue ke bumi." Ucap Daru memburu. Daru tidak akan berbuat kasar pada sembarang orang. Jika ia telah berbuat seperti ini, itu artinya orang itu telah merusak zona ketenangannya.

Daru maju dengan satu pukulan lagi, hingga sudut bibir Damian mulai mengeluarkan darah.

Damian tidak terima pada pukulan yang Daru berikan, ia kembali menyerang Daru dengan memukul wajah kemudian perutnya. Membuat sudut bibir Daru juga mengeluarkan darah, wajah Daru penuh lebam akibat pukulan yang tiada henti dari Damian, dan kondisi Daru semakin buruk karena Damian.

Melihat Damian yang semakin menggila, membuat Singgih dan juga Leo harus bertindak tegas sebelum ada guru yang mengetahuinya.

Singgih menarik Damian menjauh dari Daru, sementara Leo membantu Daru untuk berdiri.

"Lo ga bisa matiin anak orang di sini!" Tegur Singgih.

"Gue bisa lakuin itu sekarang, jadi lo minggir." Damian berusaha menghampiri Daru, Namun Singgih terus mendorongnya untuk mundur, menjaga Daru dari kemarahan Damian.

"Bawa Daru ke uks Yo!" Titah Singgih pada Leo yang di balas anggukan oleh Leo.

♡♡♡

"Aw.. aw... sakit El." Daru meringis saat Elysia mengompres wajahnya dengan air alkohol.

"Lagian kenapa bisa sampe gini coba?"

Elysia tau Daru memang suka bertengkar sejak kecil, tapi tidak pernah sampai babak belur seperti ini.

Daru hanya diam, bingung, tidak tau harus menjawab apa pada Elysia.

"Kamu berantem di sekolah? Untuk apa? Biar tenar? Biar di bilang hebat? Tangguh? Jagoan? Atau menarik perhatian?"

Setiap kata yang keluar dari mulut Elysia adalah bukti kekesalannya pada Daru. Sekolah adalah tempat menuntut ilmu, bukan aksi bela diri.

Lihat selengkapnya