Kehilanganmu adalah mimpi buruk dalam hidupku
Ulangan tengah semester telah selesai di lalui siswa SMA Chandra Satya, wajar saja banyak siswa yang berkeliaran di luar kelas.
Hanya saja, Damian tetap menghabiskan waktunya di kursi pojok sambil menulis puisi yang tidak bisa ia selesaikan.
Kertas-kertas yang ia robek dan ia remas berserakan di lantai kelas, tidak ada satu pun puisi yang sempurna.
Hidupnya terombang-ambing, sudah beberapa hari gadisnya tidak muncul di taman.
Hidupnya kembali membosankan, melelahkan, bahkan batinnya merasa kehausan akan senyuman Elysia.
Senyum yang dapat membangkitkan semangat seorang Damian menghadapi kerasnya kehidupan.
Elysia hilang, menjadi bayangan semu.
"Yan, ngapain sih masih mikirin cewe itu? Cari lagi aja kali. Ga penting tau ga!" Seru Leo yang baru datang dan melihat sahabatnya tidak ada semangat untuk hidup.
Damian memukul mejanya kencang, menarik paksa kerah baju Leo "Lo bilang dia ga penting? Bahkan dia lebih penting dari hidup gue sendiri."
"Gue pernah bilang kan, lo akan menganggap semua masalah penting? Ini buktinya Yan, lo terlalu meremehkan sesuatu. Sampe akhirnya lo kehilangan dia." Ucap Leo dengan nafas sedikit tercekat karena tercekik bajunya yang Damian tarik.
"Seharusnya lo bisa berdamai dengan diri lo sendiri. Kalo emang lo ga mau berteman sama Daru, sengganya gausah simpan dendam." Lanjut Leo.
Biasanya apa yang keluar dari mulut Leo sama sekali tidak bermutu dan kali ini, sejarah harus mencatat bahwa ucapan Leo memiliki sedikit faedah yang dapat Damian ambil.
"Gue tau, lo udah temenan sama Daru tuh dari orok. Saat lo tau Papah lo selingkuh dan diem-diem menikahi Mamahnya Daru, lo wajar buat marah. Tapi itu sama sekali ga ada hubungannya sama Daru, Daru itu tetep temen lo bukan penghancur." Leo masih tetap bicara walaupun Damian mencekiknya.
Singgih berjalan memasuki kelas, dia duduk di hadapan Leo yang sedang di cekik oleh Damian. Bukannya bertindak, Singgih hanya diam menatap Leo yang kesakitan.
"Eh bantuin gue napa, ini anak udah di kasih ceramah maut ga mempan juga." Ucap Leo pada Singgih yang hanya tertawa kecil.
Damian melepaskan cekalannya pada kerah baju Leo, sekarang Damian mengerti bahwa kedua sahabatnya bukan ingin menjatuhkannya justru membantunya untuk bangkit
"Sorry, gue suruh kalian pergi padahal gue butuh kalian. Kalian yang selalu ada saat gue jatuh di titik terbawah sekali pun, kalian yang mau bantu gue keluar dari jebakan kebencian."
Singgih dan Leo tersenyum dan menepuk bahu Damian, seakan persahabatan mereka akan tetap berjalan seperti semula. Tidak boleh ada keraguan lagi.
Masalah yang hadir dalam persahabatan itu sebagai bumbu untuk saling menguatkan, jika tidak ada bumbu maka rasanya akan hambar.
"Tenang aja, berapa kali pun lo berbuat salah. Kita akan bantu lo buat perbaiki." Ucap Singgih