Aku bukan pahlawan, tapi aku ingin berjuang
Damian hanya memerlukan waktu satu jam lebih untuk sampai di Singapura. Jika bukan karena Papahnya Damian yang bisa menerima akses keluar masuk Singapura dengan mudah, mana mungkin mereka dapat setenang ini.
Papahnya memberikan tempat tinggal cuma-cuma untuk mereka tempati, mereka tidak akan kekurangan apapun jika berada dalam pengawasan Papahnya Damian.
"Untung bokap lo punya perusahaan di sini Yan." Ucap Leo.
"Bukan cuma bokap gue, itu juga bokap Daru." Jawab Damian menatap Daru yang sedang bermain game.
Damian rasa walaupun Mamahnya Daru dan Papahnya Damian memilih cerai, tapi Daru tetap bagian dari keluarganya. Daru adalah kakaknya.
"Gitu dong! Kan gue liatnya enak." Timpal Singgih.
"Terus tempat apa dulu yang bakal kita kunjungi?" Tanya Leo pada Damian.
Singgih melempar bantal pada Leo "Lo bisa ke Singapura gratis aja harusnya udah untung! Kita di sini itu buat bawa Elysia pulang, bukan buat bikin lo seneng."
Leo hanya diam. Tidak marah, hanya saja tidak ingin berdebat dengan Singgih.
"Lo tau Yan dimana Elysia?" Tanya Singgih.
"Gue tau." Sahut Daru.
Daru mematikan playstationnya, menghampiri tiga orang yang sedang duduk di sofa menikmati camilan dan kopi.
"Om Fannan beli rumah ga jauh dari sini." Daru menatap Damian "Yang jadi masalah sekarang itu gimana caranya kita bisa ketemu Elysia?"
"Culik Om Fannan dan bawa kabur Elysia." Ucap Leo tanpa pikir panjang.
"Lo tuh oon di pelihara." Damian menggeleng "Yang ada Om Fannan makin ngamuk."
Singgih menjentikan jarinya, seolah ia telah mendapatkan ide "Gue tau caranya."
Ketiganya terdiam, menatap Singgih serius.
"Kalo kita ngandelin Daru di sini, itu ga mungkin bisa karena Daru udah di kenal sama Om Fannan. Tapi yang Elysia kenal di antara kita cuma Daru dan Damian. Itu artinya, Damian yang harus bertindak." Lanjut Singgih.
Damian menepuk keningnya "Astaga! Emang gue yang akan berjuang, masalahnya gimana caranya gue bisa masuk ke rumah Elysia."
"Gue belum selesai ngomong Yan," Ucap Singgih tidak terima "Lo bisa ketemu Elysia dengan nyamar."
"Nyamar sebagai kolektor." Timpal Daru "Lo pura-pura mau beli lukisan Om Fannan, Elysia selalu tersembunyi di ruangan yang ga pernah orang lain kira. Contohnya kaya pertama kali gue masuk ke kamar dia, gue kira itu gudang. Tapi kenyataannya tempat seorang bidadari."
"Itu bidadari gue." Ucap Damian tidak terima.
Daru terkekeh karena Damian yang sangat cemburuan "Santai, gue kan kakaknya bidadari."
"Gue penasaran sama Elysia, kenapa cewe itu bisa bikin dua cowo tampan klepek-klepek." Leo menggaruk keningnya.
"Ya lo belum liat aja gimana dia." Balas Daru dengan mengangkat kedua alisnya.
"Perlu gue tampol belah mana nih Ru." Damian mengangkat kedua tangannya yang terkepal.
Daru tertawa, Damian sangat sensitif sekali jika menyangkut Elysia "Anjir, gue bercanda."
Damian hanya mendengus kesal ketika Daru dan yang lainnya menertawai Damian.
"Ide gue cerdas kan." Celetuk Singgih memuji diri.
"Itu sebenernya ide gue Yan, Singgih sama Daru ngerebut gitu aja." Leo mulai mengeles.
"Ide lo tuh terlalu luar biasa untuk di keluarkan Yo, makanya Singgih sama Daru aja yang mikir." Balas Damian di sertai seringainya "Yaudah kita lakuin sekarang."
"Buru-buru amat Yan, liburan dulu kali." Leo kembali bersuara, rasanya setiap kata yang keluar dari mulut Leo membuat ketiganya geram sendiri. Kenapa juga Damian harus membawa Leo jika hanya akan merepotkannya saja.
Daru membuka lemari besar, mencari sesuatu yang ia cari "Lo pake ini Yan." Daru melempar beberapa pakaian yang ada di lemari, mungkin itu pakaian Papahnya Damian atau Karyawan yang pernah menempati rumah ini. Yang jelas, hanya pakaian itu yang pantas di kenakan sekarang.
"Gila lo Ru, Damian suruh pake baju kaya gituan? Gimana kalo cakepnya ilang? Kalo gue yang pake sih ga akan ilang-ilang." Kata Leo percaya diri.
"Ya karena lo emang ga pernah cakep dari lahir Yo, gimana mau ilang." Balas Daru kesal, berteman dengan sesama lelaki membuat kesabarannya terus di uji.
Damian mengambil dan membawa pakaian yang telah Daru berikan.
"Dar ini warna bajunya ga ada yang biru gitu?" Tanya Damian di dalam kamar mandi.