Pearl

Erisa Vindia
Chapter #15

Pembuktian

Pejuang sejati tidak akan mundur walau langkahnya sudah terhenti

Damian mendatangi rumah Elysia, lagi. Damian berharap Elysia sudah membaca suratnya, setidaknya Elysia harus tau bahwa ia tidak sendiri.

"Ini lukisan saya." Fannan menunjukan lukisan sebuah pantai dengan ombak yang begitu hebat.

Damian menggaruk dagunya "Maaf Pak, kondisi hati saya sedang tidak baik. Melihat ombak yang bergemuruh tidak dapat menenangkan."

Fannan menghela nafas panjang, Kolektor yang satu ini membuatnya jengkel "Anda ingin lukisan seperti apa?"

Damian berjalan mengelilingi lukisan-lukisan yang Fannan pajang "Anda seorang pelukis hebat, tapi kenapa anda tidak bisa memahami apa yang saya mau?"

"Apa yang ada mau?" Tanya Fannan tutup point, Fannan tidak suka dengan basa-basi.

Damian berhenti dekat sebuah lukisan sungai, Damian menatap Fannan yang merasa sedikit terganggu "Kekasih yang saling mencintai?"

Fannan tersenyum meremehkan, apa yang Kolektor ini minta sangat tidak masuk akal "Maaf saya tidak pernah membuat lukisan seperti itu."

Damian menaikan satu alisnya "Kenapa?"

"Karena menurut saya tidak akan ada cinta yang begitu tulus."

"Oke." Damian mengangguk "Jika sebuah mutiara? Apa ada?"

"Jika anda mau, saya akan membuat lukisan sebuah mutiara."

Damian mengangguk, tapi matanya tidak bisa berpaling dari sebuah kanvas yang di tutup kain hitam.

Yang menjadi masalah adalah kenapa hanya kanvas itu yang di tutup? Semua lukisan sudah Damian lihat, hanya satu lukisan itu yang menarik perhatiannya. Damian melangkahkan kakinya mendekat pada lukisan yang tertutup kain hitam.

"Jangan sentuh lukisan itu." Fannan memperingati.

Bukannya menuruti, Damian justru membuka penutupnya. Menampakan lukisan seorang gadis cantik bermata biru di balut baju dengan warnanya yang serupa, itu adalah gadisnya.

Damian tersenyum, mengusap kanvas seolah itu adalah Elysia "Saya ingin lukisan ini."

Fannan menarik kanvas itu paksa dari tangan Damian "Lukisan ini tidak di jual!"

"Saya beli berapa pun harganya."

"Saya tekankan sekali lagi, lukisan ini tidak akan pernah saya jual!" Ucap Fannan tegas.

"Kenapa anda pajang jika tidak anda jual?" Tanya Damian tidak punya rasa takut sedikit pun.

Damian tau Fannan akan marah padanya, tapi Damian juga tau Fannan tidak bisa menyembunyikannya.

Gadisnya akan keluar tidak lama lagi.

Mata Fannan melebar, tangannya mengepal, Fannan sudah mulai tidak sanggup menahan emosinya "Saya tidak memajangnya, justru saya menyembunyikannya di balik kain hitam."

Damian menyeringai "Itu yang membuat saya tertarik, lukisan itu tidak pernah di lihat orang bukan? Lukisan itu di jaga baik, lukisannya berbeda dengan lukisan-lukisan yang lain, jika bapak izinkan saya ingin membawa lukisan itu pulang."

"Silahkan anda keluar sekarang dan jangan pernah datang lagi ke tempat saya!"

Mata tajam Damian menatap sorot mata milik Fannan, tepat di depan mata Fannan Damian bicara "Saya kesini memiliki tujuan, tidak semudah itu untuk keluar."

Lihat selengkapnya