Jika cintaku di ragukan, untuk apa aku masih di perjuangkan
Kamar Elysia sengaja gelap, untuk apa lagi ada cahaya di hidupnya. Semuanya telah berakhir, tidak ada lagi yang Elysia harapkan selain mati. Jalan hidupnya sudah buntu, pikiran negatif mulai mempengaruhinya.
"Ibu.... kenapa Tuhan milih nyelamatin Elysia kalo Elysia sendiri ga pernah hidup. Elysia pengen ketemu Ibu, tolong Ibu jemput Elysia di sini. Ayah ga ingin hati Elysia hidup, lalu untuk apa lagi Bu...."
Elysia mengatur nafasnya "Damian, El sayang Damian Bu. Damian di sakiti sama Ayah karena dia juga sayang El, Ayah bikin Damian sulit bernafas, Ayah bikin Damian banyak ngeluarin darah, Ayah ingin Damian hilang dari bumi. Dimana letak kesalahan Damian Bu?" Elysia mengusap bingkai foto ibunya.
Dada Elysia sangat sesak.
"El?" Fannan mendekati Elysia.
Rambut Elysia berantakan, kantung matanya sangat besar, dan Fannan rasa dia kelelahan.
"Ayah harus bertemu Kolektor sekarang, kamu gapapa di tinggal sendiri di sini?" Tanya Fannan sedikit khawatir.
Elysia tidak bicara sedikit pun, dalam ruangan yang gelap Fannan masih bisa melihat putrinya yang sangat terpukul. Elysia memegang dadanya, seakan ada rasa nyeri yang mengganjal.
"Ayah pergi dulu ya." Fannan melangkahkan kaki keluar dan meninggalkan Elysia sendiri di dalam kegelapan.
Setelah melihat Fannan keluar kamarnya, Elysia mengunci pintu kamarnya. Elysia tidak ingin lagi bertemu dengan siapa pun. Elysia sudah mati! Elysia akan mati di dalam sini!
♡♡♡
Sudah satu jam Damian masuk ke ruangan ICU, ketiga temannya sangat khawatir. Kondisi Damian kritis, jantungnya melemah. Seakan ada ikatan antara kerapuhan yang Elysia rasakan dengan Damian yang terbaring tak berdaya di rumah sakit.
Tak lama seorang dokter keluar dengan banyak keringat di dahinya.
"Dok gimana keadaan temen saya?" Tanya Singgih panik.
"Pasien mengeluarkan banyak darah, kami membutuhkan darah AB. Apa di antara kalian ada yang memiliki golongan darah AB?"
Ketiganya saling menatap satu sama lain.