Pearl

Erisa Vindia
Chapter #17

Sesal

Manusia selalu terlambat menyadari saat semuanya sudah pergi, hilang dan tak berarti

Rumah sakit ini adalah rumah sakit di mana Damian di rawat, Damian masih juga belum sadarkan diri.

Detak jantungnya sudah normal, hanya saja keinginannya untuk membuka mata sudah tidak ada. Di depan ruangan Damian, Daru sangat panik melihat Elysia terbaring di atas ranjang yang di dorong oleh Fannan dan kedua suster.

Gadis itu dalam keadaan sangat mengenaskan, bajunya penuh dengan lumuran darah dan pisau yang menancap di perutnya.

"Om Elysia kenapa?" Tanya Daru panik.

"Ini semua salah Om." Ucap Fannan penuh penyesalan.

Air matanya terus menggenangi pipi Fannan, jatuh pada wajah putrinya.

Suster membawanya ke ruang operasi, Fannan dan Daru menunggunya di luar ruangan.

Fannan menangis, ia begitu terpukul. Sekali lagi, Fannan harus melihat darah putrinya. Jika dulu putrinya di bunuh oleh lelaki biadab, lantas bukankah Fannan sama seperti lelaki biadab itu?

Perlahan -lahan merenggut satu hari kehidupan putrinya hingga putrinya sudah mengaku kalah. Elysia menyerah pada kehidupannya.

Fannan memukul tembok rumah sakit sebagai pelampiasan rasa sakitnya, wajah frustasi tidak bisa di sembunyikan. Sudut mata Fannan basah, Fannan berusaha untuk tidak menangis lagi. Cukup saat Fannan membawa Elysia ke rumah sakit saja, Fannan harus menunjukan bahwa ia juga kuat seperti putrinya.

Lihat selengkapnya