PECI HAJI... (sujud sunyi sang birokrat)

Riyanto El Harist
Chapter #2

#2 Doa Sebuah Anugerah

Lima orang pejabat eselon II sudah menunggu dengan gelisah di balik pintu sebuah ruangan. Wajah mereka terlihat agak stress meskipun senyum dan canda sesekali terdengar dari mulut mereka. Keringat dingin nampak mengucur dari wajah mereka meskipun ruangan ini sebetulnya ber-ac yang cukup dingin. Ini hari penentuan bagi kelimanya setelah menjalani berbagai fit proper test bagi jabatan Sekretaris Daerah. Kelimanya dipandang layak, dan kelimanya juga merupakan aset potensial bagi Pemerintah Daerah Angin Timur. Siapapun yang jadi dari mereka, pastilah yang dianggap paling baik dari yang baik. Dan hal itu merupakan lambang supremasi adanya pemilihan pejabat karier yang sangat jujur dan adil dalam sebuah iklim demokrasi di birokrasi. Dimana para anggota dewan yang terhormat beserta kepala daerah terpilih duduk bersanding untuk memutuskan calon sekda pilihan mereka.

Salah satu dari lima orang yang berharap cemas itu adalah aku, seorang kepala dinas dari pemerintah daerah Kabupaten Angin Timur. Setelah melewati berbagai tes yang melelahkan, kini tibalah saatnya bagiku untuk mengetahui hasil dari apa yang telah aku lakukan. Untuk uji kepatutan secara akademisi, aku merasa aman diantara ke empat rekanku. Setidaknya aku baru saja menyelesaikan S3-ku. Dengan demikian gelar doktorku bisa menjadi plus point dari ke empat calon Sekda. Masa bhaktiku di berbagai instansi juga memberikanku pengalaman yang cukup untuk dianggap mampu memimpin administrasi daerah ini. Meskipun harus aku akui, masa kerjaku tetap di bawah mereka yang menjadi kompetitorku.

Tapi aku harus optimis! Sebagai pegawai negeri sipil, aku merasa telah berjuang semaksimal mungkin di setiap jabatan yang aku emban. Aku juga senantiasa mengawal setiap titian amanah itu dengan baik, tak tercatat sekalipun ada masalah yang besar di setiap kepemimpinanku. Beberapa friksi pernah terjadi, akan tetapi itu hanya kesalahan kecil yang tak pernah mencuat di tataran isu daerah, apalagi nasional. Hal ini yang membuatku merasa yakin, kalau aku memiliki peluang yang sama besar terhadap mereka.

“Mohon perhatian, sidang paripurna penyampaian hasil keputusan bersama antara kepala daerah dan dewan perwakilan daerah Kabupaten Angin Timur akan segera di mulai, kepada lima orang calon sekretaris daerah agar dapat menempati kursi yang telah dipersiapkan...” suara protokoler memanggil kami berlima untuk segera memasuki ruangan sidang dan menempati lima kursi khusus yang telah disiapkan bagi kami.

“Selanjutnya, Bupati Angin Timur dan Pimpinan DPRD Angin Timur berkenan memasuki ruangan, hadirin di mohon berdiri...” semua seketika berdiri dan memberikan penghormatan kepada para petinggi daerah Angin Timur. Ini saat yang paling mencekam bagi siapa saja, karena kehadiran dua instrumen pemerintah daerah ini merupakan eksekutor dari segala hal permasalahan daerah.

“Sidang Paripurna, penyampaian hasil keputusan bersama penetapan calon terpilih Sekretaris Daerah dimulai. Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, hadirin di mohon berdiri!”

Dengan hikmat semua hadirin berdiri dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya. Beberapa dari kami begitu khusyuk dan menghayati betul setiap lirik dan syair lagu wajib bagi rakyat negeri yang masih terus belajar berdemokrasi ini. Tak terkecuali aku, sebagai alumni Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, aku sudah terbiasa melakukan hal ini. Sewaktu di Ksatrian dan juga di masa-masa pengabdianku sebagai pamong praja. Banyak nilai-nilai luhur yang masih kuemban hingga kini. Khususnya kebanggaanku dan juga niat tulusku untuk kemajuan negaraku, Indonesia.

Setelah lagu usai, hadirinpun disilahkan duduk kembali. Acara di lanjutkan dengan pembacaan surat keputusan bersama yang merupakan penetapan hasil akhir dari fit proper test calon Sekretaris Daerah yang telah diadakan selama sebulan itu. Suasana mendadak hening dan mencekam, ketika sang pembawa acara mulai membacakan kronologis penilaian serta bidang apa saja yang telah diujikan oleh para dewan penguji. Dari keutamaan akhlaq, manajemen pemerintahan, kepemimpinan, perspektif tentang harga diri dan kejujuran, komitmen teguh untuk menjaga profesialisme tugas serta jaminan amanah terhadap kepercayaan rakyat Angin Timur.

“...berdasarkan hitungan skoring penilaian dari masing-masing kandidat Sekretaris Daerah, maka Dewan Penilai menimbang dan memutuskan bahwa Saudara H. Muhammad Ikhwan Abdillah, Pangkat Pembina Utama, lahir di Kampung Pesisir Selatan,  15 Maret 1970, berhak untuk menduduki jabatan Sekretaris Daerah Kabupaten Angin Timur, dan oleh karenanya .......”

Demikian petikan surat keputusan yang dibacakan pembawa acara yang nyaris membuat jantung tuaku rontok. Sebetulnya di usiaku yang kini mulai merambat ke hitungan setengah abad, tak begitu cocok menerima kejutan besar seperti itu. Namun titian tugas dan nasibku menuntutku untuk tetap kuat menerima semuanya ini. Aku harus tetap kuat dan sehat, setidaknya untuk sekian besar amanat rakyat Angin Timur di perjalanan tugasku kelak.

Riuh tepuk tanganpun membahana. Semua mata tertuju padaku, seolah mengucapkan selamat dan juga kagum akan keberhasilanku. Sesaat aku bagai kilauan permata diantara beberapa bebatuan yang berdiri sekelilingku. Ada kebanggaan dan keharuan yang tiba-tiba menyeruak ke dalam hatiku. Sesuatu yang hampir membuatku menangis untuk anugerah yang tiada tara. Sepanjang karierku sebagai pegawai negeri sipil, hari inilah puncak perjuangan itu. Hari inilah lambang supremasiku, ketika aku mampu mencapai puncak jabatan karier tertinggi di ikhtiar pengabdianku.  

“Terima kasih yaa Allah, engkau berikan kesempatan untuku menikmati sekali lagi anugerah terbesar-Mu dalam hidupku,” ucap syukurku seraya mengusap wajahku.

Acara selanjutnya, aku dipersilahkan untuk maju ke depan mimbar untuk menerima selamat dari para pimpinan Dewan dan juga Bupati. Mereka begitu antusias menyambut kemenanganku sebagai Sekretaris Daerah, meski kemenanganku sudah banyak diperbincangkan para pegawai di lingkungan Pemda Angin Timur. Setelah pemberian ucapan selamat, sambutan dari berbagai unsur pimpinan daerahpun kuterima. Sebagian besar dari mereka menitipkan banyak amanah dan pesan bagi masa kerjaku kemudian.

Lihat selengkapnya