Reino merasa bingung dan nyaris putus asa. Sejauh mata memandang, hanya pepohonan dan dedaunan kering yang kelihatan. Tidak adanya kendaraan maupun pejalan kaki yang dia jumpai, membuat Reino stres sendirian.
Gerbang keluar yang tidak kunjung Reino temui, membawa laki-laki itu pada satu dugaan yang berkaitan dengan hal mistis. Mengenai kemungkinan jika makhluk halus yang menghuni perkemahan, tengah berbuat usil atau marah kepadanya. Memberinya pelajaran dengan cara membuatnya tersasar di lokasi yang aslinya di situ-situ saja.
“Penampakan! Penampakan! Penampakan!”
Telinganya seolah mendengar suara yang mengatakan ada penampakan! Entah memang ada yang menyerukan atau akibat dari perasaan merindingnya semata. Apapun itu, seketika membuat Reino mempercepat laju motornya. Sementara jantungnya masih tetap berdebar kencang. Sama seperti sepuluh menit sebelumnya.
“Positive thinking, positive thinking... Lu pasti bakal panjang umur....”
Laki-laki itu mencoba berkonsentrasi agar otaknya jernih dan tidak cemas berlebihan. Sayangnya perasaan takut masih saja membuatnya tidak keruan. Alih-alih bisa menenangkan diri, Reino justru terbayang kalau dirinya sedang berada di area pekuburan dengan deretan batu nisan. Horor!
“Ya ampun, gue kenapa sih? Kok malah mikir yang enggak-enggak!” tegurnya pada diri sendiri. “Gue harus sadar dan tetap tenang. Kalau begini terus, yang ada gue nggak bisa pulang. Tenang. Tetap kalem....”
Reino mencoba mengatur napas, sambil terus mencari pintu keluar. Dia terus berdoa agar tidak salah memilih jalan dan terhindar dari terkecohkan. Jika tidak, bukan mustahil dia akan reuni dengan pohon beringin tadi. Reino tidak mau mendengar tangisan menyeramkan itu untuk kedua kali.